Facebook dan Microsoft adalah dua dari sekian banyak perusahaan teknologi AS yang saat ini tengah menjadi sorotan. Baru-baru ini, mereka dituding menjadi alat mata-mata pemerintah AS. Sementara itu, pemerintah AS bersikeras bahwa mereka hanya menyasar terduga pelaku teror.
Dikutip detikINET dari AFP, Senin (17/6/2013), Facebook mengatakan menerima sekitar 9 ribu - 10 ribu permintaan berkaitan dengan data pengguna selama paruh kedua tahun lalu. Permintaan ini meliputi 18 ribu - 19 ribu akun.
Sementara itu Microsoft, menyebutkan pihaknya menerima 6 ribu - 7 ribu permintaan data pengguna, melibatkan sekitar 31 ribu - 32 ribu akun. Jumlah permintaan dari pemerintah AS ini terjadi pada periode yang sama dengan Facebook. Permintaan itu meliputi surat perintah kriminal, panggilan dari pengadilan dan perintah lainnya.
Organisasi kebebasan berinternet Center for Democracy & Technology mengapresiasi apa yang dilakukan Microsoft dan Facebook. Terkuaknya informasi ini dinilai sebagai langkah penting.
"Kami menyambut baik informasi yang disampaikan dan berterimakasih kepada Microsoft maupun Facebook. Tentunya, kami akan terus menggali lebih banyak informasi," kata Kevin Bankston selaku juru bicara organisasi tersebut.
Seperti diketahui, Facebook, Microsoft, Google dan perusahaan teknologi lainnya baru-baru ini dengan tegas membantah ikut andil dalam program rahasia bernama PRISM.
PRISM yang dimulai pada 2007 dan berkembang menjadi program paling produktif dalam top-secret daily intelligence briefing Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Sebuah laporan menyebut sejumlah perusahaan Silicon Valley yang terlibat program ini antara lain Apple, AOL, Facebook, Google, Microsoft, PalTalk, Skype, Yahoo dan YouTube. Seperti diketahui, program in memberikan akses ke National Security Agency (NSA) dan FBI ke server mereka.
(rns/fyk)