Jakarta -
Dengan banderol harga Rp 12 juta, Fujifilm X100s tak pelak meramaikan kamera mewah fixed lens yang ada di pasaran.
Setelah unjuk gigi di Consumer Eletronics Show (CES) awal 2013 ini, X100s sendiri sudah resmi dirilis di Indonesia sejak Februari lalu. Kesan pertama yang diperoleh saat menilik kamera ini adalah desain retro dan finishing touch yang mengesankan.
Ya, Fujifilm memang mempertahankan desain milik sang 'kakak' X100. Adapun huruf S di sini memiliki arti second version.
"Pengembangan X-series yang tidak berubah adalah dari sisi desain di mana mengacu pada feedback pengguna," demikian disampaikan Johanes J Rampi, Sales & Marketing Manager PT Fujifilm Indonesia saat peluncurannya.
X100s dibalut dengan die cast magnesium alloy di bagian atasnya dan polyurethane untuk bagian dasarnya. Solid dan berkelas.
Bagaimana dengan tata letak tombol-tombolnya? Yang patut diingat, kamera ini termasuk kamera profesional. Tombol pengoperasiannya bisa ditebak, sangat lengkap. Diperlukan adaptasi juga agar terbiasa dengan dengan layout serta fungsi tombol-tombol yang dipasangkan.
Di bagian belakang bodi terdapat layar LCD jenis TFT berukuran 2.8 inch dengan berbagai tombol pengaturan di samping-sampingnya.
Viewfindernya adalah jenis hybrid (penggabungan OVF dan EVF). Satu penawaran dari Fujifilm yang patut menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen. Nah, pengguna bisa melakukan perpindahan dari optical viewfinder dan electronic lewat tombol switch yang ada di bagian depan kamera. Tombol switch ini cukup mudah digunakan, bisa diakses dengan satu jari saat dalam posisi siap memotret.
Optical viewfinder-nya sendiri sangat cerah. Ia menayangkan tampilan image yang lebih luas dibandingan dengan image yang akan diambil kamera nantinya.
Adapun di bagian atas bodi bisa dijumpai roda pengatur shutter speed, exposure dan tombol Fn. Sayangnya, ada yang mengesalkan dari tombol on/off ini. Seringkali tanpa sengaja tombol ini tersentuh dan mudah berpindah dalam posisi on saat dimasukkan ke tas atau casingnya.
Dengan banderol harga yang tidak bisa dibilang murah, pengguna memang harus puas dengan fixed lens di sini, alias tidak memiliki zoom. Plus, kamera ini juga bukan jenis mirrorless interchangeable lens camera, alias lensanya tidak bisa diganti-ganti.
Namun lensa Fujinon 23mm f2 sama sekali tidak mengecewakan. Cukup konsisten menghasilkan foto yang tajam di hampir semua bukaan. Seakan mengenang kamera jaman dulu, di lensanya ini terdapat cincin fokus dan cincin aperture.
Sejatinya, ketiadaan zoom di lensa ini bisa dipandang sebagai sebuah kekurangan atau tantangan. Dipandang sebagai kekurangan apabila pengguna menganggap keberadaan zoom itu penting, atau tantangan jika ia merasa tingkat kreativitas dalam memotretnya diuji. Mau tak mau, pengguna harus melakukan pengaturan komposisi yang pas, atau mendekat ke subyek yang akan dipotret.
Lantas berbicara mengenai kecepatan. Fuji Film memang melakukan peningkatan besar di seri ini dibanding X100. Dengan perpaduan sensor X Trans CMOS II dan EXR Processor II generasi terbaru ini seri X100s ini memiliki kecepatan phase detection hingga 0,08 detik dan dipuji Fujifilm sebagai AF tercepat di dunia. X100s ini memiliki start up time yang juga lebih kencang dibanding X100.
Dengan sensor ini pula, kamera ini diklaim mampu mengurangi noise dan meningkatkan sensitivitas sensornya yang berkekuatan 16,3MP.
Hal ini terbukti saat detikINET menjajalnya di kondisi low light. ISO baru terasa mengganggu di angka 6400. Detail dan warna yang dihasilkan dalam kondisi minim pencahayaan tidak mengecewakan. Seperti foto di bawah ini:
(Shutter speed 1/8, f/4.0, ISO 800)
(f/2.8 ISO 1600)
(f/2.8, ISO 6400)
Apa lagi yang menarik? Kita beralih ke tampilan fokus. Fujifilm memberikan 3 pilihan fokus di sini, yakni standar, digital split image yang diklaim pertama di dunia, dan focus peaking.
Menjajal satu persatu pilihan tampilan fokus ini memang menyenangkan. Digital split image misalnya, kita diberikan bidang hitam putih di bagian tengah LCD atau EVF kamera untuk melihat fokus atau tidaknya subyek.
Sedangkan di focus peaking, kamera akan menghighlight bagian dengan kontras yang tinggi. Selain bisa mengaksesnya via menu, pengaturan ini juga bisa dilakukan dengan cukup mudah lewat command control yang berada di atas tombol AFL AEL saat ada di mode manual focus.
Caranya, cukup dengan menekan bagian tengah command control sekitar 2 detik, maka kamera akan menampilkan opsi-opsi ini. Tinggal pilih saja, mana yang membuat Anda nyaman dan disesuaikan dengan kondisi pemotretan.
Memilih tampilan fokus ini juga bisa dilakukan saat mata Anda berada di viewfinder, sehingga tidak merepotkan.
Tombol lain yang dirasa sangat menguntungkan adalah tombol Q. Sebuah akses cepat untuk berbagai pengaturan, sehingga kita tidak usah masuk ke menu kamera. Penempatannya yang berada di pojok kanan bawah belakang kamera, terasa pas dan gampang diakses dengan jempol tangan.
Kamera ini sudah bisa membidik foto dengan format RAW. Terdapat juga kemampuan transfer Eye-Fi, bila pengguna memakai kartu memori ini untuk transfer file via wireless.
Contoh foto-foto yang diambil di outdoor pada siang hari:
(Foto diambil dalam mode Macro)
(Diambil dengan pengaturan otomatis)
(Shutter speed 1/500, f/5.6, ISO 800)
(Shutter speed 1/30, f/5.6, ISO 100)
Secara keseluruhan, kamera ini mampu menghasilkan performa yang baik, foto yang tajam serta warna yang natural dengan keseimbangan kontras dan saturasi. DItambah dengan pesona desain bergaya retro nan solid, serta kelengkapan tombol kontrol, kamera ini tak pelak menjadi salah satu yang terbaik di kelasnya.
Berikut spesifikasi kunci Fujifilm X100s:
- Sensor CMOS II APS-C (23,6 x 15,8mm) dengan resolusi 16,3 MP
- Perekaman video HD 1920 x 1080 piksel (HD)
- Lensa Fujinon 23 mm f/2
- ND filter
- ISO 200-6.400
- Shutter speed 30/s - 1/4000s
- Continuous burst 6 fps
- LCD 2.8 inc jenis TFT dengan resolusi 460.000 titik
- Dimensi 126,5 x 74,4 x 53,99mm
- Hybrid viewfinder (OVF dan EVF)
- Format foto: JPEG dan RAW
- 10 pilihan Film Simulation
Foto-foto koleksi detikINET, Model: Khania Anggraeni
(sha/fyk)