Tidak tanggung-tanggung, sensor yang terbuat dari graphene ini dikatakan 1.000 kali lebih sensitif terhadap cahaya dibandingkan sensor yang saat ini dijumpai di kamera-kamera.
Lebih lanjut lagi, sensor ini, seperti dikutip dari Phys, Senin (3/6/2013), 10 kali lebih hemat energi. Bahkan, jika sudah diproduksi secara massal diperkirakan harganya 5 kali lebih murah.
Graphene memiliki ukuran satu juta kali lebih kecil dibandingkan ketebalan yang dimiliki rambut manusia dan terbentuk sebagai atom karbon murni dalam struktur sarang lebah (honeycomb). Ia lebih konduktif dari silikon, lebih fleksibel dari plastik dan bahkan ia mampu menahan panas lebih baik dibandingkan berlian.
"Kami telah menunjukkan bahwa menciptakan sensor foto yang murah, sensitif dan fleksibel dari graphene bukanlah hal yang tidak mungkin," tukas sang penemu, Assistant Professor Wang Qijie dari NTU.
Wang mengklaim, bahwa ini adalah pertama kalinya sebuah sensor foto dengan sensitivitas tinggi dikembangkan dengan memakai graphene murni.
Sebagian besar sensor kamera kini memakai CMOS (complementary metal-oxide semiconductor) sebagai basisnya, namun Wang mengatakan bahwa graphenenya bisa lebih efektif dan mampu menciptakan foto yang jernih dan tajam.
Adapun kemampuan menghasilkan foto yang lebih baik ini dikarenakan, model graphene bisa menahan sinyal elektrik lebih lama dibandingkan sensor 'biasa' terutama di low light.
Jika suatu saat telah diadopsi oleh industri, Wang mengharapkan, ongkos manufaktur imaging sensor akan bisa ditekan. Alhasil, ada potensi kelahiran kamera dengan harga yang lebih murah namun dibekali daya tahan baterai yang awet.
(sha/ash)