Pengungkapan kasus berawal dari laporan pihak operator yang kehilangan baterai BTS di sejumlah site. Kelima pelaku Ir, An, Is, Rd dan Hr, ditangkap kepolisian Selasa (4/5/2013) kemarin. Dalam penyidikan, Ir menjadi pelaku utama pencurian dan merekrut An, Is dan Rd untuk mencuri baterai BTS milik Telkomsel.
"Ir adalah mantan teknisi vendor peralatan pemancar yang bermitra dengan Telkomsel. Jadi dia mengetahui seluk beluk secara teknis di BTS Telkomsel," kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Feby DP Hutagalung dalam keterangan pers di kantornya, Rabu (5/6/2013).
Menurut Feby, penjaga BTS, terkecoh dengan perbuatan Ir bersama rekan-rekannya yang mengaku masih bekerja sebagai teknisi vendor dan ditugaskan Telkomsel, sehingga dengan mudah menggasak baterai seharga Rp 12 juta per unitnya.
"Baterai curian itu, logam tembaganya yang ada di dalam baterai, dijual ke penadah, penjual besi tua. Dihitung per kilo ke penadah dengan keuntungan hingga Rp 300 ribu," ujar Feby.
"Menurut keterangan Telkomsel baterai di sejumlah site yang dicuri bernilai miliaran rupiah. Lokasi pencurian cukup banyak, di wilayah Samarinda kota saja ada 4 laporan. Belum termasuk laporan di Polsek yang masih ditelusuri," tambahnya.
Sedikitnya 10 baterai kini diamankan menjadi barang bukti hasil pencurian yang dilakukan kelima pelaku. Sedangkan baterai lainnya yang dicuri, telah dijual untuk mendapatkan keuntungan. Barang bukti lainnya adalah 1 unit mobil Innova bernomor polisi KT 1988 BG yang digunakan untuk mengangkut baterai curian.
"Juga menurut Telkomsel, baterai ini sebagai back-up energi untuk pemancar sinyal, kalau suplai listrik PLN padam. Diperkirakan ratusan baterai telah dicuri pelaku," sebut Feby seraya menambahkan kelima pelaku yang ditahan di sel sementara Polresta Samarinda, dijerat dengan pasal 363 KUHP.
Sedangkan Ir kepada wartawan mengaku telah mencuri baterai BTS Telkomsel di 8 site di Samarinda serta ruas jalan poros Samarinda-Balikpapan, di antaranya di site Bumi Sempaja Jl PM Noor, Jl AW Syachranie hingga KM 70 ruas Jl Soekarno-Hatta, poros Samarinda-Balikpapan.
"Saya terpaksa mencuri untuk keperluan sehari-hari dan melunasi beberapa pembayaran," lirihnya.
(ash/ash)