Hal ini dikarenakan penurunan penjualan kamera saku (compact/pocket) yang menjadi tulang punggung pendapatan divisi kamera.
Penurunan penjualan setiap tahunnya sangat besar dan kompetisi tetap sangat tinggi. Akibatnya harga turun, kerugian bertambah, banyak yang harus di-PHK. Kambing hitam penurunan pasar kamera saku ini tentunya karena kualitas kamera ponsel yang makin meningkat.
Beberapa saat lalu juga Olympus sudah memutuskan untuk keluar dari bisnis kamera saku dan akan memprioritaskan fokus ke kamera mirrorless (sistem micro four thirds) yang pasarnya sedang berkembang terutama di Jepang.
Di dunia lain seperti Amerika, Eropa dan Indonesia sepertinya pertumbuhan masih lamban. Olympus OMD, PEN5 akan menjadi ujung tombak bagi Olympus untuk mengubah kerugian menjadi keuntungan.
Tapi kedua kamera ini termasuk cukup tinggi harganya, dan penjualannya jauh dibandingkan dengan kamera saku. Oleh sebab itu, meskipun Olympus berhasil mendapatkan keuntungan dari penjualan kamera canggih, tapi tidak berdaya terserap oleh kerugian yang tinggi di penjualan kamera saku.
Sebenarnya, menghadapi masalah ini, Olympus tidak sendiri. Rekannya -- Panasonic dan Sony -- juga mendapatkan masalah serupa. Parahnya pasar consumer electronic seperti TV lesu. Kedua perusahaan terus merugi.
Berita bagusnya, Sony yang memiliki sekitar 11,5% saham di Olympus dari tahun lalu bekerjasama dalam pertukaran teknologi sensor kamera (dari Sony) dan teknologi pembuatan lensa (Olympus).
Dari kerjasama ini diharapkan Olympus dan Sony dapat menghasilkan kamera dan lensa yang lebih berkualitas kedepannya. Selain teknologi lensa, Sony sebenarnya lebih terpikat dengan teknologi medical Olympus yang cukup sukses.
Pesaing Olympus, Fujifilm, juga baru mengumumkan untuk memangkas divisi kamera sakunya sebesar 50%. Ke depannya, Fuji akan mengkonsentrasikan ke kamera compact, prosumer seri X yang canggih.
Di sisi lain, Canon juga merasa terpukul atas penurunan pasar kamera saku sebesar 21% pertahun, untungnya kamera DSLR Canon masih laris dan tumbuh.
Nikon mungkin satu-satunya perusahaan yang mendapatkan keuntungan yang cukup baik. Meskipun pasar kamera saku menurun 21%, Bisnis kamera saku Nikon (Coolpix) cuma turun 1% saja. Artinya Nikon mampu bersaing dan merebut pangsa pasar dari merek lain.
DSLR Nikon, lensa-lensa berkualitas juga masih tetap laris di pasar dunia. Seramnya, bisnis kamera adalah 75% dari Nikon, tidak seperti perusahaan lain.
Olympus memiliki bisnis medical yang sangat menguntungkan, Canon dengan bisnis percetakannya, Sony dengan bisnis pembuatan film dan musik, Di sisi lain, Nikon akan sangat fokus dengan divisi kameranya, karena itulah nyawa Nikon berada. Posisi ini cukup menantang karena terpeleset sedikit, bisa jatuh total dan sulit bangkit lagi.
Olympus, Panasonic, Sony, Pentax/Ricoh dll sebenarnya semuanya mengalami kerugian di divisi kamera, tapi untungnya, budaya Jepang yang mementingkan harga diri membuat mereka akan terus memproduksi produk baru dan melayani pemilik kamera.
Mudah-mudahan peristiwa ini bisa memacu produsen kamera untuk lebih kreatif dalam mengembangkan produk kamera atau lensa yang baru sehingga kerugian bisa berubah menjadi keuntungan.
(jsn/ash)