Jadi Markas Raksasa IT, Internet AS Masih 'Keteteran'

Jakarta - Amerika Serikat adalah gudangnya teknologi. Tengok saja wilayah Silicon Valley yang menjadi markas perusahaan teknologi besar: Apple, Google, Facebook, Intel, HP, IBM dan sebagainya. Tapi soal kecepatan internet, AS rupanya tidak terlalu istimewa.

Dalam laporan terbaru oleh Akamai, AS menempati posisi ke-14 dengan kecepatan koneksi internet rata-rata 11,4 Mbps. Kalah jauh dari Korea Selatan di posisi pertama yang kecepatannya 24,6 Mbps atau dua kali lipat dari pencapaian AS.


Padahal, internet ditemukan dan diimplementasikan secara luas pertama kali di AS. Lantas mengapa negeri Paman Sam ini cukup ketinggalan soal kecepatan internet?


Beberapa faktor disebut menjadi penyebab mengapa AS gagal masuk 10 besar dan kalah jauh dari Korsel. Tapi membandingkan antara AS dengan negara lain seperti Korsel disebut kurang begitu tepat.


"Iklim politik dan sosial sangat berbeda, geografinya berbeda, sejarah juga berbeda. Semuanya tidak sama. Kita tidak akan pernah menjadi seperti Korea Selatan," kata Robert Faris, direktur riset di Harvard University Berkman Center for Internet & Society.


Salah satu faktor yang dinilai menyebabkan internet AS tertinggal adalah kurang adanya kompetisi antara penyedia layanan internet. "Negara lain punya kompetisi lebih intens. Tanpa adanya kebijakan besar untuk meningkatkan kompetisi, layanan broadband di AS akan terus tertinggal dibandingkan negara maju lain," kata Faris.


Faktor lainnya, pemerintah Korea Selatan terlibat penuh untuk mengembangkan koneksi internet di negaranya. Tidak demikian halnya di AS. "Kekuatan Federal Communications Comission di sini tidak sekuat di negara lain," tambah Faris.


Pemerintah Korsel juga sudah belasan tahun lampau ingin punya koneksi internet cepat dan mengeksekusinya dengan baik. Beda dari di AS di mana campur tangan pemerintah kurang besar.


"Pemerintah AS lebih banyak lepas tangan. Mereka menyerahkannya ke sektor swasta. Memang ada anggaran yang dikeluarkan tapi tidak begitu banyak. Kita tidak memandangnya secara serius," ucap Taylor Reynolds, ekonom di OECD.


Alasan lain terkait kepadatan penduduk yang jauh lebih tinggi di Korsel ketimbang di AS. Maka, biaya pembuatan infrastruktur lebih rendah di Korsel dibandingkan di AS yang penduduknya banyak serta berjauhan jaraknya.

(fyk/ash)