Sarana Menara Siap Akuisisi Tower Operator

Jakarta - Perusahaan penyedia jasa sewa menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk menyatakan kesiapannya untuk mengambil langkah akuisisi jika ada operator yang mau melepas menara telekomunikasinya.

"Kalau ada operator yang melepas, entah itu Telkom melalui anak usahanya, Mitratel, atau Indosat sebanyak 1.500 menara, jika peluangnya baik, kami siap," kata Dirut Sarana Menara Adam Gifari dalam paparan publik di jakarta, Jumat (14/6/2013).


Pasalnya, Sarana memiliki ruang untuk pinjaman sebanyak lima kali dengan jumlah kas mencapai USD 97,5 juta. Belum lagi plafon pinjaman yang dimiliki total sekitar USD 850,4 juta.


"Profil yang saya paparkan ini rasanya sudah cukup menyatakan Sarana Menara siap melakukan akuisisi dalam skala besar dari aset-aset milik operator," kata Adam lebih lanjut.


Sebelumnya, konsultan keuangan yang ditunjuk Telkom, Barclays Capital, dikabarkan tengah mengundang penyedia menara yang tercatat di bursa saham untuk mengikuti beauty contest pelepasan saham anak usaha Telkom, Mitratel.


Selain Sarana Menara (TOWR), penyedia menara lainnya yang diundang adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), dan PT Solusi Tunas Prama Tbk (SUPR).


Mitratel saat ini mengelola sebanyak 3.000 unit menara, dan sedang dalam proses pengambilalihan sekitar 14.000 unit menara milik Telkomsel yang juga anak usaha Telkom.


Genjot Omzet


Bagi Sarana Menara, aksi akuisisi tower operator ini merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan bisnisnya agar bisa meraih omzet Rp 2,85 triliun hingga 3,05 triliun rupiah di akhir 2013.


Dengan target pertumbuhan 25,5% hingga 34% dibandingkan 2012 lalu Rp 2,27 triliun rupiah, Sarana juga berharap Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) menjadi sekitar Rp 2 triliun hingga 2,55 triliun.


Adam mengungkapkan, penopang pendapatan bisnis menara tahun ini akan datang dari penyewa lama dan baru seiring akan dibangunnya sekitar 800 hingga 1.000 menara baru.


Penambahan menara 70%-75% akan berasal dari pertumbuhan organik. Sementara sisanya dari anorganik.


"Satu menara itu investasinya sekitar Rp 1 miliar. Jadi, tinggal hitung saja total belanja modal kita," pungkas Adam.


(rou/rns)