Selain kesalahan manusia, dalam laporan 2013 Cost of Data Breach Study: Global Analysis yang dirilis oleh kedua institusi tersebut dilaporkan juga bahwa 30% lainnya disebabkan oleh permasalahan sistem.
Masalah-masalah tersebut mencakup kesalahan penanganan data rahasia perusahaan oleh karyawan, kurangnya kontrol sistem, dan pelanggaran regulasi industri dan pemerintahan.
"Di saat para penyerang yang berasal dari luar perusahaan dan metode mereka yang terus berkembang menyebabkan ancaman besar bagi perusahaan, bahaya yang berhubungan dengan ancaman dari dalam juga dapat merusak dan berbahaya," ucap Larry Ponemon, Ketua Institut Ponemon seperti dikutip detikINET dari keterangan tertulis, Jumat (13/6/2013).
"Delapan tahun penelitian mengenai pelanggaran data dan biaya yang harus dikeluarkan akibat hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan karyawan menjadi salah satu masalah yang paling utama yang dihadapi perusahaan saat ini, naik 22% sejak survei pertama," tambahnya.
Laporan global tahunan yang kedelapan ini didasarkan pada pengalaman pelanggaran data sesungguhnya dari 277 perusahaan di sembilan negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, Jepang, Australia, dan Brasil.
(ash/ash)