Menurut Dian Adi Prasetyo (@didut), aktivis media sosial, buzzer kini menjadi 'profesi' yang diminati oleh penggiat internet. Artinya, persaingan dari setiap pelaku buzzer juga kian sengit.
"Dibandingkan zaman dulu, baru mulai tapi cuma sedikit, sekarang sudah banyak. Sekarang followernya yang sudah segini (banyak-red.) ingin jadi buzzer," lanjut @didut dalam acara Ngopi bareng detikINET, Jumat (28/6/2013).
Artinya, buzzer kini juga harus punya nilai jual yang lebih. Jangan cuma jago berkicau di Twitter, ada baiknya mereka juga memperkaya portofolionya lewat media lain, seperti blog dan layanan media sosial lainnya.
"Komunitas di blog mungkin sudah mengerti, karena tren sekarang (blog) sudah turun, tapi buat saya ini peluang, karena sudah sedikit yang ngeblog. Jadi ini peluang," lanjut @didut.
"Mediumnya pun sudah beragam, bisa di Facebook, Forum, dan bisa di mana-mana. Tak hanya Twitter, tapi di media sosial yang lain juga," tandasnya.
Setali tiga uang dengan @didut, Kemas M.Fadhli selaku Head of Digital Media Department Telkomsel juga menyebut pemain di ranah buzzer kini juga semakin sengit.
"Bahkan saingannya bukan cuma sama sesama pengguna media sosial, pemilik brand seperti Twitter juga bisa jadi pesaing. Untuk Twitter misalnya bisa juga membuat layanan untuk retweet, favorit dan lainnya," tukas Fadel, sapaan akrabnya.
(ash/rns)