Di Twitter, gaungnya santer terdengar, entah berupa status atau foto (Twitpic). Ada yang mengira, Holycow memakai buzzer untuk mempromosikan usahanya. Namun, sang pemilik yakni Lucy Wiryono menampik hal tersebut. Baginya semua orang bisa menjadi buzzer dan ia pun tak harus menggelontorkan uang untuk itu.
"Semua orang intinya adalah buzzer," tambahnya. "Word of mouth akan menciptakan buzzing. Tanpa dibayar pun orang akan ngomong," tukasnya.
Selain merasa terbantu dengan banyaknya konsumen yang memposting status dan foto steak Holycow, Lucy yang juga aktif sebagai buzzer ini juga merasa terbantu dengan Twitter di awal-awal tempat usahanya berdiri.
Dalam acara Ngopi Bareng detikINET yang mengambil tema Lika-liku Buzzer, Lucy menceritakan pengaruh situs 140 karakter tersebut. Saat ia mendirikan usahanya, modal awalnya hanya Rp 70 juta. Ia pun memakai Twitter untuk mensosialisasikan menu restorannya sehingga lebih efektif dan efisien.
Kenapa bisa buzzing? "Satu karena timingnya pas, waktu itu belum ada steak dengan model ala Holycow, dan yang kedua orang-orang yang masuk kategori buzzer nggak pernah kita bayar," paparnya di Anomali Coffee, Plaza Indonesia, Jakarta, Jumat (28/6/2013).
(sha/ash)