BTS 3G (ari/detikfoto)
Jakarta - Dibanding tiga operator 3G lainnya, hanya Telkomsel dan XL Axiata yang blok frekuensinya di 2,1 GHz tidak kena gusur. Namun kemudahan itu bukan berarti keduanya diistimewakan atau dianakemaskan.
Setidaknya demikian menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) saat dikonfirmasi tentang rencana penataan 3G yang mulai menuai pro-kontra.
Seperti diketahui, dalam rencana penataan 3G di 2,1 GHz, hanya Indosat, Hutchison CP Telecom (Tri), dan Axis Telekomunikasi Indonesia yang harus memindahkan blok frekuensinya. Axis bahkan harus memindahkan kedua bloknya sekaligus, sementara Indosat dan Tri hanya satu blok saja.
Sedangkan Telkomsel dan XL yang dipilih sebagai pemenang tambahan blok 3G, hanya perlu duduk manis menunggu ketiga operator itu selesai pindahan. Baru kemudian, mereka bisa menempati satu blok tambahan di sebelahnya secara berdampingan (contiguous) tanpa perlu repot-repot geser sana-sini.
Meski demikian, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto, menegaskan, dalam memilih skenario penataan blok 3G ini, regulator sudah berusaha bersikap senetral mungkin.
"Tidak ada deal atau lobi apapun. Dasar yang digunakan adalah equal treatment, obyektif, dan long term oriented," tegasnya saat berbincang dengan detikINET, Kamis (4/4/2013).
Muhammad Ridwan Effendi, anggota komite BRTI, juga menegaskan, tak ada keistimewaan bagi Telkomsel dan XL yang tidak diminta pindah. "Bukan," tegasnya saat dikonfirmasi.
"Telkomsel dan XL malah paling belakangan, opportunity bisnisnya lebih kecil. Setelah semua kosong, baru Telkomsel dan XL bisa bangun," jelasnya lebih lanjut.
Pro dan Kontra
Menanggapi rencana penataan 3G ini, Adita Irawati, Head of Corporate Communications Group Telkomsel, hanya sedikit berkomentar. "Kami menerima hasil penataan tersebut dan akan mengikuti langkah selanjutnya dari pemerintah," ujarnya.
Sedangkan Turina Farouk, Vice President Corporate Communication XL, mengaku masih menunggu pertemuan dengan seluruh operator dan regulator untuk mengkoordinasikan penataan blok 3G ini. "Maunya kita ya September sudah bisa jalan," ujarnya.
Sementara dari ketiga operator yang diminta pindah, hanya Axis yang menganggap penataan ini bisa merugikan layanannya di kemudian hari. Alasan Axis tak mau pindah karena blok 11 dan 12 yang akan ditempatinya nanti dinilai masih kotor kena luberan PCS 1900 MHz milik Smart Telecom.
"Ditjen SDPPI Kominfo pada 29 Januari 2013 pernah memaparkan, call setup succes rate di blok 11 sebesar 53,84% dan di blok 12 cuma 13,64%. Kasihan pelanggan kami tidak akan mendapatkan kualitas layanan mumpuni," papar Anita Avianti, Head of Corporate Communication Axis.
Erik Meijer, Direktur & Chief Marketing Officer Indosat, mengatakan, pertemuan yang dilakukan di Kominfo saat pengumuman rencana penataan ini belum final. "Rencana penataan 3G ini masih perlu diskusi lebih lanjut untuk mencari solusi terbaik. Kami percaya regulator akan melakukan penataan yang bersifat jangka panjang," ujarnya.
Sedangkan Tri justru merasa bersyukur bisa pindah blok. Karena sebelumnya, blok 3G yang ditempati Tri terpisah sangat jauh di blok 1 dan 6. Tri juga mengapresiasi keputusan Kominfo dalam penataan 3G ini sebagai bagian dari optimalisasi sumber daya frekuensi dan percepatan penetrasi broadband.
"Dengan posisi kami di blok 1 dan 2, kami optimistis dapat menghantarkan layanan data bergerak yang lebih baik lagi kepada masyarakat Indonesia," kata Chandra Aden, Direktur Government Relation Tri.
( rou / rou )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!