"Kami sudah mendirikan dua anak usaha di bawah Telin Hong Kong, yakni Telkom Taiwan dan Telkom Macau. Investasinya USD 3,5 juta untuk dua tahun pertama di kedua negara ini," ungkap Dian Rachmawan, CEO Telin Hong Kong saat dihubungi detikINET, Senin (10/6/2013).
Telin Hong Kong merupakan anak usaha dari Telin yang menginduk kepada Telkom. Selain Telin Hong Kong, Telin juga memiliki anak usaha lain, seperti Telin Singapore, Telin Timor Leste, dan Telkom Australia.
Di Taiwan, Telin Hong Kong sedang bernegosiasi dengan dua operator setempat, yakni Far EasTone Telecommunications dan Taiwan Mobile. Sementara di Macau, yang akan diajak bekerja sama adalah Companhia de Telecomunicaes de Macau (CTM). Semuanya operator seluler berbasis GSM.
Menurut Dian, jika negosiasi bisnisnya rampung akhir bulan ini, pihaknya bisa mengajukan lisensi full mobile virtual network operator (MVNO) ke regulator setempat.
"Prosedurnya memang seperti itu, kami cari mitra dulu, baru ajukan lisensi. Saya perkirakan akhir Juni ini sudah bisa selesai semua," jelasnya.
Lebih jauh dipaparkan, Telkom Taiwan kemungkinan akan lebih dulu beroperasi MVNO dengan pola co-branding bersama mitra operator lokal yang digandeng. Sementara di Macau harus menunggu lisensi MVNO keluar. Biasanya, kata Dian, butuh waktu tiga bulan.
Ia juga menjelaskan, ada perbedaan signifikan antara strategi MVNO dengan co-branding. MVNO mendapatkan kebebasan penuh dalam menjalankan strategi pemasaran karena memiliki intelligent network (IN), billing prepaid, value added services (VAS), dan SMS Center sendiri.
"Kalau co-branding itu semua aktivitas pemasaran kita tergantung kepada mitra. Sementara kalau kita punya UCL (unified communication license) untuk MVNO, seperti di Hong Kong, kita punya kebebasan sendiri karena sudah beli wholesale alias gelondongan. Tinggal pintar-pintarnya kita saja cari margin lewat retail," jelasnya.
Seperti diketahui, Telkom melalui Telin tahun ini membidik ekspansi ke sejumlah negara seperti Timor Leste, Malaysia, Australia, Hong Kong, Singapura, Macau, Taiwan, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Myanmar.
Dengan gagal mendapatkan lisensi seluler di Myanmar dan batal ikut tender MVNO di Arab Saudi, berarti ekspansi Telkom baru bisa dibilang benar-benar sukses hanya di Timor Leste (Telkomcel) dan Hong Kong.
Di Hong Kong, saat ini Telin menjalankan tiga bisnis utama, yakni sebagai wholesale international direct dialling (IDD), penyewaan kapasitas kabel laut, dan menjalankan MVNO dengan operator CSL dari Hong Kong untuk brand kartu As 2 in 1.
"Tahun lalu (2012) Telin Hong Kong memiliki pendapatan USD 20 juta. Tahun ini (2013) kami bidik naik 25%. Sumbangan dari produk MVNO itu 35% bagi total omzet. Telin Hong Kong sendiri berkontribusi 10% bagi total omzet Telin," papar Dian.
Dalam menggelar layanan kartu As 2 in 1, Telin Hong Kong juga bekerja sama dengan Telkomsel, anak usaha seluler Telkom. Kartu seluler ini menyediakan dua nomor, nomor lokal di Hong Kong, dan nomor Telkomsel yang mudah dihubungi dari Indonesia.
Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak. Di satu sisi, Telin Hong Kong mendapatkan porsi penjualan IDD ke Indonesia dengan trafik 75% outgoing. Sementara Telkomsel mendapatkan trafik 10 juta menit suara dari panggilan lokal ke nomor kartu As 2 in 1 tersebut.
"Sejak beroperasi 8 bulan yang lalu, sekarang pelanggan kami di Hong Kong sudah 50 ribu. Di Hong Kong sendiri ada 170 ribu warga Indonesia, potensinya masih besar sekali," pungkas Dian.
(rou/ash)