Di ponsel misalnya, perang paten tebukti telah mengatrol harga jual smartphone di pasaran. Hal ini diungkapkan dalam paper bertajuk The Smartphone Royalty Stack: Surveying Royalty Demands for the Components Within Modern Smartphones, ditulis oleh spesialis soal paten Joe Mueller dan Tim Syrett.
Paper yang juga dibuat bersama Ann Armstrong, Intel Vice President and Associate General Counsel itu menyebutkan bahwa biaya paten membuat harga ponsel baru membengkak hingga 30%.
Sebagai contoh, jika ada ponsel dengan harga USD 400, maka sekitar USD 120 di antaranya itu adalah fee untuk membayar loyalti kepada pemilik paten. Jika ditiadakan harga ponsel seharusnya bisa menyentuh USD 280.
Teknologi ponsel sendiri memang tidak bisa lepas dari hal yang bernama paten, nyaris setiap komponen vital pada alat mungil itu ada yang memiliki teknologinya. Ponsel terbaru berbasis LTE misalnya.
Para produsen harus membayar lisensi untuk bisa menggunakan teknologi tersebut, belum lagi soal transmisi data, teknologi selular dan lainnya yang juga sudah ada pemiliknya. Tak heran jika paper tersebut juga menyinggung soal 'paten menumpuk' yang dimiliki oleh satu produsen.
Pun begitu, tak semua produsen mau membayar lisensi yang dipakai, banyak yang dari mereka yang mengakali dengan menyepakati lisensi silang. Dan cara ini diklaim bisa menekan secara signifikan ongkos produksi sebuah produk, demikian yang dikutip detikINET dari Digital Trends, Senin (2/6/2014).
(eno/ash)