Adopsi Lambat, Bisnis Cloud Tetap Melesat

Belitung - Pertumbuhan bisnis cloud -- atau yang biasa kita dengar dengan istilah komputasi awan -- secara global terus meningkat, tak terkecuali di Indonesia. Meski demikian, bukan berarti bisnis ini tidak mengalami hambatan.

Menurut Presiden Direktur Virtus Indonesia Erwin Kuncoro, pasar cloud di Tanah Air memperlihatkan tren positif dalam tiga tahun terakhir. Di tahun 2014 saja, nilai pasar Cloud di Indonesia diprediksi mencapai Rp 5,4 triliun. Meningkat pesat 50% dari tahun sebelumnya.


Di sisi lain, dibandingkan sejumlah negara seperti tetangga Singapura misalnya, adopsi cloud di Indonesia tergolong lambat. Kondisi ini antara lain tidak terlepas dari sejumlah kendala, antara lain konektivitas internet, keamanan, integrasi sistem dan regulasi.


"Cloud perlu konektivitas yang stabil. Dibandingkan dengan yang terdekat Singapura misalnya, ini masih jadi hambatan. Kualitas jaringan internet belum merata," ujar Erwin dalam media gathering Virtus di Tanjung Pandan, Belitung, akhir pekan ini.


Kedua adalah soal keamanan. Data yang disimpan di cloud tak dapat dilihat wujudnya dalam bentuk fisik. Itu sebabnya, masih banyak pengguna yang merasa lebih aman menyimpan data di hardware karena lebih 'terlihat'. Untuk masalah yang satu ini, dikatakan Erwin perlu dilakukan edukasi terus menerus.


Ketiga, integrasi sistem konvensional dengan dengan sistem berbasis cloud masih kerap mengalami kendala. Terakhir, mengenai regulasi. Sistem cloud tak lepas dari aturan siapa yang bisa mengaksesnya, dan bagaimana data disimpan.


(rns/rou)