"Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Tapi kalau gagal terus berarti suksesnya tertunda terus," lirih Muhammad Budi Setiawan, Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, saat mengomentari kegagalan ekspansi Telkom kepada detikINET, Senin (3/6/2013).
Seperti diketahui, Telkom setelah gagal menembus tender lisensi seluler di Myanmar beberapa bulan lalu, baru-baru ini kembali kandas dalam rencana ekspansinya ke Arab Saudi untuk memperebutkan satu dari tiga lisensi Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang tersedia.
Nama Telkom tak masuk dalam lima konsorsium yang diumumkan oleh The Communications and Information Technology Commission (CITC) di Arab Saudi dalam shortlist bidder untuk menjadi peserta tender MVNO tersebut.
Padahal sebelumnya, Direktur Utama Telkom Arief Yahya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan belum lama ini sempat mengungkapkan, Arab Saudi merupakan salah satu negara yang dibidik karena terdapat satu juta warga negara Indonesia di sana.
Untuk kerja sama ekspansi di Arab Saudi, perseroan kemungkinan menggandeng satu dari tiga operator telekomunikasi di Arab Saudi, yakni Mobily, Zain, atau Saudi Telecom Company (STC).
"Operator yang paling tinggi memberikan benefit terbesar adalah operator yang kami prospek. Sekarang masih paralel di sana. Mereka akan mengumumkan skema MVNO pada Mei. Kami tunggu inisiatif mereka," ungkapnya kala itu.
Namun sayangnya, kali ini Telkom kalah bersaing dengan lima konsorsium seperti Axiom Mobile, Virgin Mobile Saudi Consortium, Jawraa Consortium Lebara, FastNet Consortium, dan Safari Consortium.
"Sebaiknya Telkom fokus dan konsentrasi di Indonesia yang kualitasnya masih belum memadai," saran Setyanto P Sentosa, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menyikapi kegagalan ekspansi Telkom di Arab Saudi dan Myanmar.
Menurutnya, Telkom harus banyak belajar dari kegagalan ini, sebab memang tidak mudah bagi perusahaan telekomunikasi asal Indonesia untuk merambah bisnis di mancanegara.
"Indosat saja yang sejak berdiri disiapkan untuk pasar internasional saja pada dekade 90-an gagal di Kamboja (Comintel)," lirih Setyanto yang juga sempat menjabat sebagai Direktur Utama Telkom saat itu.
(rou/ash)