Jakarta - Rencana ekspansi bisnis Telkom ke mancanegara mendapat dukungan dari banyak pihak. Namun agar tak 'layu sebelum berkembang' BUMN telekomunikasi ini disarankan untuk membenahi internal perusahaan terlebih dulu.
Demikian pendapat Garuda Sugardo, mantan Wadirut & COO Telkom. Garuda yang punya banyak pengalaman dalam membangun Telkom, Telkomsel, dan Flexi saat awal-awal berdiri, menilai memang sudah saatnya Telkom berbicara banyak di luar negeri.
"Telkom itu salah satu yang besar di Asean. Jika pun harus berhadapan dengan SingTel atau Axiata, itu lumrah. Memang levelnya harus sudah ke arah sana. Jumlah pelanggan Telkomsel saja sudah berapa? 120 juta lebih. Sudah sepantasnya Telkom ekspansi keluar negeri," ujarnya dalam perbincangan di Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Namun ia mengingatkan, kendala yang harus bisa diatasi Telkom jika ingin ekspansi ke luar negeri adalah melawan diri sendiri terlebih dulu, terutama menghapus model lama seperti sistem Kerja Sama Operasi (KSO).
"Di sinilah kuncinya, harus ada pemimpin yang bisa menjadi pemikir untuk mengatur irama dan membuat strategi yang jitu. Kalau syarat pemimpin seperti itu tidak ada, ekspansinya bisa layu sebelum berkembang," tegasnya.
Seperti diketahui, Telkom adalah penguasa pasar telekomunikasi di Indonesia yang memiliki pelanggan wireless dan wireline sekitar 145 juta nomor. Nilai kapitalisasi pasar dari BUMN telekomunikasi ini mencapai Rp 195,5 triliun.
"Kalau bicara investasi atau pendanaan, itu hal kecil bagi Telkom. Tinggal memberi isyarat saja sudah banyak perbankan mau mendanai. Soal keahlian membangun jaringan, itu para engineer Telkom jago semua. Tantangannya itu di bisnis, ini sesuatu yang tidak ditransfer sepenuhnya oleh mitra Telkom," papar Garuda.
Untuk ekspansi di kawasan regional, menurutnya, hal-hal yang harus dilakukan saat ekspansi dijalankan adalah memperhatikan aspek investasi, keahlian, jaringan, dan bisnis. Ia tak memungkiri model bisnis Telkom masih kedodoran jika dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki SingTel.
"Jika bersaingnya dengan SingTel secara bisnis dan ekonomi, Telkom bisa kalah. Apalagi Telkomsel sebagai anggota Aliansi Bridge, tahu benar kekuatannya SingTel. Hasil dari semua aksi ekspansi itu kan keuntungan, jika tidak untung buat apa dilakukan. Karena itu ekspansi harus dengan pertimbangan matang," ingatnya.
Telkom sendiri sejak awal 2013 ini sudah mencanangkan untuk ekspansi ke kawasan regional Asia. Sebanyak 10 negara dibidik, salah satunya adalah Myanmar setelah berhasil mendapatkan lisensi seluler di Timor Leste.
Namun sayangnya, nama Telkom dikabarkan tidak masuk dalam daftar operator asing yang ikut dalam tender dua lisensi seluler di Myanmar. Hanya ada nama Airtel (India), Singapore Telecommunications (SingTel/ Singapura), Singapore ST Telemedia (STT/ Singapura), Axiata (Malaysia), dan Telenor (Norwegia).
( rou / fyk )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!