Manjot Mann (rou/inet)
Jakarta - Hutchison CP Telecommunications akhirnya 'turun gunung' dengan sejumlah program agresif setelah hampir dua tahun tanpa gebrakan pemasaran. Tak tanggung-tanggung, operator seluler Tri ini langsung pasang target ingin jadi penguasa 3G.
"Setelah dua tahun, kami akhirnya kembali," kata Manjot Mann, President Director & CEO Tri dalam acara editor gathering di Hotel Aston Primera Pasteur, Bandung, yang berlangsung sejak Rabu hingga Kamis (21/2/2013).
Ia menuturkan, selama dua tahun terakhir ini, Tri lebih memilih untuk menahan diri dalam kompetisi seluler, dan menyimpan energinya agar bisa fokus menyiapkan sesuatu yang benar-benar besar.
Persiapan matang pun dilakukan dari hulu ke hilir. Mulai dari pembangunan infrastruktur jaringan, menyiapkan program inovasi terbaru, hingga penawaran konsep bisnis yang menguntungkan bagi para retailer selaku ujung tombak pemasaran.
"Selama ini kami berpikir, apakah kami tetap akan berperang di 2G, voice dan SMS, atau kami lebih baik berperang untuk masa depan saja. Akhirnya kami sadar, kami harus mempersiapkan diri di pasar mobile data yang tengah mengalami ledakan."
"Kami pun memutuskan untuk fokus dan mendedikasikan sepenuhnya perhatian kami untuk tantangan ini karena kebiasaan pelanggan pun ikut berubah dan bagaimana kami bisa tetap memenuhi keinginan mereka. Kami ingin jadi the best 3G provider in class," kata Mann optimistis.
Sebuah rencana, atau bisa dibilang target yang terkesan muluk, mengingat di atas Tri masih ada tiga besar seluler seperti Telkomsel yang punya 120 juta pelanggan (50 juta pengguna data), Indosat 55,5 juta pelanggan (11,1 juta pengguna data), XL Axiata 42,3 juta pelanggan (pengguna data 25 juta).
Sementara Tri baru memiliki 22 juta pelanggan seluler dengan pengguna data sekitar 13,5 juta atau sekitar 65% di antaranya.
Apalagi, dari sisi jaringan dan cakupan layanan, ketiga operator ini telah menghadirkan layanan seluler sejak 1995. Sedangkan usia layanan Tri di Indonesia yang hadir sejak 2008 bisa dibilang masih seumur jagung dibandingkan para seniornya.
(Randeep Singh Sekhon)
Namun itu tak membuat Tri khawatir. Karena menurut Randeep Sigh Sekhon, Chief Technology Officer Tri, kehadiran pihaknya yang paling belakangan justru membawa keuntungan tersendiri. "Semua jaringan kami selalu menggunakan perangkat infrastruktur jaringan terbaru," katanya.
Tri sejauh ini memiliki 10 ribu unit node-B untuk 3G dan 15 ribu base station transceiver 2G yang ditopang oleh 15 ribu titik menara. Namun Randeep menegaskan, jumlah titik pemancar sinyal ini bukan yang utama dalam persaingan seluler.
"Tanpa backhaul yang kuat, fiber optik, dan transmisi penunjangnya, base station tidak bisa menyalurkan data dengan optimal. Itu sebabnya kami lebih memilih untuk memperkuat backhaul, dan sekarang pengguna data kami bisa memanfaatkan akses 42 Mbps," ujarnya.
Selain memperkuat infrastruktur jaringannya, Tri juga membangun ekosistem mobile broadband dengan serangkaian inovasi yang pertama di dunia demi menghadirkan pengalaman berinternet yang lebih baik.
Terobosan inovasi yang memberdayakan SDM lokal ini antara lain dituangkan dalam program AlwaysOn, PakeTri, Next Generation (Angie), BimaTri, dan TRIms. Selain untuk kenyamanan pelanggan, program inovasi ini juga menyasar 750 ribu retailer yang menggantungkan hidupnya dari berjualan pulsa dan nomor kartu perdana.
(Bhuwan Khulshresththa)
Sementara, Bhuwan Khulshresththa, Chief Commercial Officer Tri, mengatakan, di pasar data 3G persaingannya tidak seperti di pasar seluler 2G. Jika di 2G pelanggan terikat nomor selulernya untuk voice dan SMS, hal itu tak berlaku di pasar data yang tingkat loyalitasnya rendah.
"95% pengguna seluler di Indonesia adalah prabayar. Tapi 75% di antaranya tetap beli SIM card baru meskipun sudah punya nomor seluler existing. Mereka tak berani ganti nomor lamanya karena sudah dikenal orang,"
"Kondisi ini berbeda di pasar mobile data. Orang tak peduli dengan nomornya asalkan mereka puas dengan layanan data yang disediakan operator dan tarifnya murah. Tapi ada juga yang berani mahal demi kualitas yang lebih. Itu yang menjadi tantangan karena loyalitas pengguna data rendah, mereka bisa dengan mudahnya ganti kartu jika kecewa," papar Bhuwan.
Alasan lain yang membuat Tri makin optimistis menyongsong persaingan di mobile data 3G. Peluang pasarnya juga sangat besar karena pengguna data terus memperlihatkan grafik peningkatan yang signifikan.
"Setiap orang bisa saja punya minimal dua smartphone. Mereka pakai BlackBerry, Android, iPhone, tablet PC, atau USB dongle untuk laptopnya. ARPU (rata-rata pemakaian pulsa per pelanggan) datanya juga lebih besar dari voice dan SMS," kata Bhuwan.
( rou / fyk )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!