Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Beberapa tahun terakhir, operator getol membundling nyaris semua ponsel dengan berbagai tipe atau vendor baik global dan lokal. Secara hitung-hitungan bisnis tentu saja ada tujuannya.
Dikatakan Head of Device Bundling and Cuztomization Telkomsel Arief Pradetya, bila bundling dengan smartphone high end yang paling berasa adalah kenaikan ARPU untuk data. Jumlahnya bahkan bisa mencapai 20%.
Lalu, bagaimana bila membundling dengan feature phone alias ponsel yang dibandeorl dengan harga miring?
"Feature phone itu sebenarnya ponsel biasa yang bisa internetan. Tapi kalau membicarakan rata-rata ARPU untuk data, jumlahnya tak terlalu besar, bahkan cenderung kecil," katanya, usai acara kerjasama antara Telkomsel dengan Nokia Asha, di City Plaza, Selasa (22/1/2013).
Bahkan rata-rata konsumsi pengguna ponsel yang identik untuk menengah ke bawah, tak lebih dari 100 MB. Bahkan jumlah tersebut tergolong wah untuk beberapa pengguna.
Bundling feature phone sejatinya tidak menguntungkan secara signifikan bagi operator dalam jangka pendek. Diakui Arief, ponsel low end tidak boros data seperti Android atau iPhone.
Tentu saja ada tujuan jangka panjang yang tengah digarap oleh Telkomsel yang bermuara untuk bermuara pada peningkatan penggunaan data.
"Kita inginnya pengguna feature phone ini berpindah ke smartphone. Karena setelah merasakan internetan, biasanya tidak puas dan ingin merasakan yang lebih," tukas Arief.
Apalagi faktanya Telkomsel mengejar pengguna data di tahun 2013 ini sebesar 82 juta dari sebelumnya 54 juta pelanggan.
"Ya, membuat orang berpindah dari feature phone ke smartphone itu tak mudah. Tapi bagaimana lagi, target tersebut harus kita capai," tandasnya.
( tyo / ash )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!