Menurut perwakilan kongres Joe Barton, Google seharusnya bisa memberikan lebih banyak pilihan privasi bagi para penggunanya. Dia mengungkapkan kekecewaan, ada banyak pertanyaan tak terjawab berkaitan dengan isu ini.
"Google Glass berpotensi mengubah cara orang berkomunikasi dan berinteraksi. Ketika teknologi baru seperti ini diperkenalkan, ini akan mengubah norma sosial," ujarnya seperti dikutip dari The Register, Selasa (2/7/2013).
"Saya yakin, sangat penting memastikan hak masyarakat dipenuhi dan privasi dibangun di perangkat tersebut," jelasnya.
Seperti diketahui, Mei silam, pimpinan dewan kongres AS menulis surat kepada Google, berkaitan dengan kekhawatiran terhadap isu privasi Google Glass. Kongres AS menyarankan adanya kontrol lebih jauh guna memastikan gambra maupun video yang ada tidak diambil tanpa izin.
Dalam responsnya, Google mengatakan kacamata pintarnya tidak menggunakan teknologi facial recognition. Sementara itu, untuk pengambilan foto dan video, diperlukan perintah suara sehingga orang lain akan mengetahuinya.
Semua file yang direkam oleh Google Glass juga bisa dihapus oleh si pengguna dan Google menjaga ketat API untuk aplikasi Google Glass guna menghindari bocornya batasan privasi.
Tak cukup sampai d isitu, Google memberlakukan pelarangan untuk menjual kembali gadget tersebut. Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan informasi pribadi tidak berpindah ke tangan orang lain. Jika pengguna mengalami kecurian atau kehilangan, mereka pun bisa menghapus data mereka dari jarak jauh.
Artikel Terkait:
-. Kontroversi Google Glass, Intip Lawan Jenis Sampai Pornografi
-. FotoINET: Mari Kita Sambut Google Glass!
-. Fitur-fitur Keren di Kacamata Pintar Google
-. Aksi Konyol Fotografer Menjepret dengan Google Glass
(rns/ash)