Menurut Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) yang juga Direktur Utama Telkomsel, Alex Janangkih Sinaga, kebijakan ini bisa membuat industri telekomunikasi langsung kolaps jika dipaksakan.
"Kebijakan ini kurang bijak untuk diimplementasikan, bisa mendistorsi industri. Tidak semua kebijakan bisa dijalankan, harus dihitung dulu baik-buruknya. Kebijakan semacam ini harus bertahap dan perlu sosialisasi," ujarnya saat ditemui detikINET belum lama ini.
Menurutnya, pemerintah dan industri juga harus mempertimbangkan karakter masyarakat Indonesia dalam berlangganan telekomunikasi. Sebab, tidak semua orang mampu beli SIM Card mahal.
Selain itu, lanjut Alex, jika kebijakan ini bermaksud untuk memperketat registrasi prabayar, langkah ini kurang cocok diterapkan di Indonesia. Pasalnya, pengguna prabayar jauh mendominasi pascabayar.
"Di Telkomsel saja cuma 2,5 juta yang berlangganan postpaid Kartu Halo, itu yang benar-benar terdata dengan baik. Sisanya, 98% dari 125 juta pelanggan menggunakan prepaid," katanya.
Lebih lanjut dikatakan, SIM card murah telah menjadi alat kompetisi operator untuk bersaing memperebutkan pelanggan baru. Kata dia, untuk mendapatkan satu pelanggan saja, Telkomsel harus menjual delapan kartu perdana terlebih dulu.
"Dengan net addition 17 juta pelanggan tahun lalu, bisa dihitung berapa kartu perdana Telkomsel yang kita sebar setiap tahunnya untuk dapat pelanggan baru," tukasnya.
Kerugian
Presiden Director & CEO XL Axiata Hasnul Suhaimi mengatakan, Indonesia memiliki tingkat churn rate lumayan tinggi setiap bulan yakni di angka 20%. Padahal, di luar negeri churn rate tertinggi hanya 18% setiap tahun.
"Ada 50 juta SIM Card terbuang percuma setiap tahunnya. Itu artinya kita buang duit sekitar Rp 3 triliun setiap tahun atau Rp 250 miliar per bulan. Ini kerugian karena buang-buang energi demi kompetisi yang tak sehat," jelasnya.
Menurutnya, kondisi ini juga tak menggembirakan para distributor karena terus dibebani oleh operator dengan target mencari pelanggan aktif. "Tak ada yang gembira dengan kondisi sekarang, bahkan produsen SIM Card sekalipun karena dipaksa memberikan harga murah," katanya.
(rou/ash)