Interferensi ini dilaporkan oleh Axis Telekom Indonesia yang harus pindah dari blok 1 dan 2 ke blok 11 dan 12. Di kedua blok baru itu, Axis yang akhirnya mau pindah masih terkena interferensi dari bocoran sinyal Smart Telecom yang menggunakan teknologi CDMA PCS 1900.
"Khusus untuk penanganan kasus interferensi, sejauh ini kami sudah panggil kedua belah pihak dan Balmon (Balai monitoring) untuk penanganan secara hati-hati," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto, di Jakarta, Senin (1/7/2013).
Interferensi awalnya dilaporkan terjadi di Bali. Namun menurut Gatot, di area yang tak jauh dari Bali dan masih pinggiran Jakarta juga ada.
"Sesungguhnya ada masalah di dekat kita. Pertama justru di Bekasi, itu laporan pertama. Kedua di Sidoarjo, dan ketiga di Batam dan Lombok."
"Kami sekarang lagi pendalaman case di Bekasi. Tapi di Bekasi sudah terlihat pola penyelesaiannya, sehingga bagus untuk diterapkan untuk ditiru di Bali," papar Gatot.
Menurut dia, Balmon juga melihat jenis perangkat yang digunakan. Smart di Bekasi pakai perangkat BS 8900 dimana kalau pakai tipe itu tidak pakai filter lagi. Seharusnya ini juga berlaku di tempat lain.
"Di Bekasi juga sedang dicek apakah menggunakan BS 8900 yang tanpa filter dijamin tidak kena interferensi. Axis juga diukur, dan harus koordinasi dengan Smart, sebab antena juga bisa berubah," pungkasnya.
(rou/ash)