Carberp memang khusus dikembangkan dan digunakan untuk mencuri data perbankan. Kini, source code virus komputer ini dilaporkan telah dilepas dengan harga USD 5.000 atau sekitar Rp 50 juta.
Peristiwa ini tentu sangat mengkhawatirkan karena kemungkinan malware tersebut akan dikembangkan lebih jauh dengan kemampuan yang lebih canggih atau bahkan dilengkapi dengan kapabilitas lain oleh sang pemilik baru.
Peneliti senior perusahaan keamanan Eset, David Harley mengatakan, kewaspadaan user sangat penting menghadapi kondisi terebut karena kita tidak pernah tahu apakah kita akan menjadi korban berikutnya. Salah satu upaya kesiapan user adalah dengan melengkapi komputer dengan aplikasi keamanan.
"Peredaran source code dari malware yang canggih selalu menjadi berita buruk bagi banyak pihak," lanjutnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (2/7/2013).
"Jika hal itu terjadi, bisa diasumsikan akan ada pihak yang memanfaatkan kesempatan untuk menciptakan varian baru, dan sekaligus menjadi ujian juga bagi kemampuan heuristic yang dimiliki oleh software keamanan," imbuhnya.
Saat Trojan Carberp menyebar, prevalensi malware di internet Rusia beberapa waktu yang lalu, mendadak menjadi tinggi.
Prevalensi Malware Indonesia
Secara umum untuk kawasan ASEAN, prevalensi malware komputer yang penyebarannya memanfaatkan internet sebagai media mengalami peningkatan.
Peningkatan terendah dialami Thailand dengan 1,41%, dan peningkatan tertinggi dialami oleh Filipina dengan 4,17% sedagkan untuk Indonesia sendiri peningkatan yang dialami relatif kecil yaitu 1,95%.
Hasil akhir, angka prevalensi malware di masing-masing negara di kawasan Asia Tenggara tertinggi masih dialami oleh Laos dengan 24,46% diikuti Indonesia dengan 18,83% dan terendah dengan 7,79% yaitu Malaysia.
Sedangkan malware yang beredar di Indonesia selama Juni 2013 didominasi oleh malware lama dengan Ramnit yang rupanya menjadi malware yang sulit dihalau. Apa saja malware yang beredar di Indonesia selama Juni 2013 dan seberapa besar presentasenya, bisa dilihat pada grafik berikut:
Sementara itu Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT. Prosperita-Eset Indonesia menyampaikan, Ramnit adalah malware lama. Ramnit.A pertama teridentifikasi oleh Eset pada pertengahan 2010, dan hingga kini masih banyak beredar.
Ramnit di Indonesia umumnya dikarenakan kesadaran akan keamanan data yang sangat rendah. Selain itu keamanan komputer milik user juga sangat longgar, tidak dilengkapi dengan software keamanan yang memiliki fitur realtime update sehingga Ramnit mudah menular melalui media portable maupun jaringan.
Artikel Terkait:
-. Mereka yang Jadi Bulan-bulanan Hacker China
-. Mengenal Anonymous, Grup Hacker Paling Berpengaruh di Dunia
-. 5 Negara dengan Tentara Cyber Terkuat
(ash/fyk)