Kesalahan Fatal di Balik Kegagalan Google Glass

Jakarta - Digadang-gadang jadi perangkat canggih favorit, kacamata pintar Google Glass layu sebelum berkembang. Penjualannya secara massal ditunda, bahkan Glass kini dibuat ulang. Bos Google pun membeberkan penyebab kegagalannya.

Astro Teller, direktur GoogleX yang adalah laboratorium pengembangan perangkat canggih Google, mengakui kalau perusahaannya membuat beberapa kesalahan fatal. Seharusnya, Google bisa menangani isu seperti baterai dan masalah privasi Google Glass dengan lebih baik.


Perangkat ini juga diekspos terlalu berlebihan. Padahal sebenarnya, Google Glass masih prototipe dan dalam masa eksperimen. Tapi para petinggi Google tidak menjelaskan hal tersebut sehingga harapan masyarakat terlanjur begitu besar.


"Keputusan yang buruk adalah kami mengizinkan dan bahkan terkadang mendorong terlalu banyak perhatian pada program ini. Orang menganggap ini adalah produk konsumer yang sudah matang, padahal Glass versi Explorer dulu adalah perangkat untuk pembelajaran," kata Astro.


"Perangkat ini dinilai dan dievaluasi dalam konteks yang sangat berbeda dari yang semula kami inginkan," tambahnya seperti dikutip detikINET dari ComputerWorld, Kamis (19/3/2015).


Maka, banyak yang kecewa setelah memakai Google Glass. Soalnya mereka berharap kacamata pintar itu sudah sangat canggih. Padahal, Google masih punya banyak pekerjaan sebelum Glass menjadi produk matang.


"Ketika kami berharap untuk mempelajari bagaimana untuk membuatnya lebih baik lagi, orang-orang malah langsung ingin Glass seketika lebih baik dan itu membuat beberapa orang kecewa dengan Glass Explorer," papar Astro.


Terlebih lagi, ekosistem aplikasinya tidak tumbuh sesuai harapan. Sehingga akhirnya ketertarikan pada Glass semakin menurun dan Google menghentikan penjualannya. Tapi Astro memastikan proyek Glass masih jalan terus sampai nanti benar-benar siap digunakan konsumen.


(fyk/fyk)