Indonesia bukan tidak bisa bersaing dengan produsen SIM card global. Jika ditanya soal kualitas, perusahaan lokal berani diadu. Hanya saja ketika ditandingkan ke meja tender, mereka harus mundur teratur melihat harga jual produsen SIM card asing yang jauh lebih murah.
Menurut Trio Adiono, Kepala Pusat Antar Universitas (PAU) Mikroelektronika Institut Teknologi Bandung (ITB), tantangan utama bagi produsen SIM card lokal adalah masalah harga jual ini.
"Pemain asing menurunkan harga mereka supaya dapat menguasai pasar Indonesia, sehingga harga mereka sedikit di bawah harga kita. Perbedaan yang sedikit ini menjadi alasan utama operator belum mau menggunakan produk kami," keluh Trio saat dihubungi detikINET.
Trio sendiri merupakan bagian dari PAU Mikroelektronika ITB yang mempunyai riset dalam desain chip yang digunakan dalam produk SIM card. Hasil desain ini kemudian diwujudkan dalam produk jadi berkolaborasi dengan Xirka Silicon Technology sejak tahun 2012.
Tak tanggung-tanggung, SIM card lokal Xirka sejatinya sudah siap diproduksi massal dengan kapasitas dapat mencapai 100 juta unit per tahun. Namun sayang, mereka seakan terasing di rumah sendiri lantaran operator lokal justru lebih melirik pembuat SIM card asing.
"Sebenarnya harga SIM card di negara selain Indonesia lebih tinggi. Bahkan di negara maju bisa 10 sampai dengan 20 kali lipat. Namun karena persaingan industri, terutama dengan lokal, harga di Indonesia ditekan sedemikian rupa sehingga sulit bagi Industri dalam negeri untuk berkembang," lanjut Trio.Next
(ash/fyk)