Melalui kartu SIM buatan Gemalto, badan intelijen NSA dari Amerika Serikat, dan juga Government Communication Headquarter (GCHQ) dari Inggris, itu bisa menguping seluruh pembicaraan kita sekaligus memelototi isi SMS, email dan pesan lainnya.
Kabar ini pun ramai-ramai dibantah oleh operator seluler lokal seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Pasalnya, mayoritas memang menggunakan Gemalto, namun mereka memastikan tidak terjadi kebocoran data.
Terlepas benar atau tidaknya hasil investigasi internal oleh masing-masing operator yang dilaporkan ke Kementerian Kominfo dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), seharusnya membuat kita sadar bahwa selama menggunakan perangkat asing, ketakutan akan terbongkarnya keamanan nasional tetap akan ada.
Tersentak akan kondisi ini, Kominfo dan BRTI pun kembali mendorong yang namanya program TKDN -- tingkat kandungan lokal dalam negeri. Tak cuma di sisi perangkat infrastruktur jaringan dan handset pelanggan, kini inisiatif untuk mendorong konten lokal pun juga menjamah kartu kecil yang tersemat di ponsel.
Inisiatif ini mendapat respons positif dari sejumlah operator. Telkomsel misalnya, anak usaha Telkom yang punya slogan 'Paling Indonesia' ini pun mengaku mendukung penuh upaya pemerintah. Pun demikian dengan sejumlah operator lain yang kepemilikannya didominasi asing.
"Kita follow saja sama regulator. Yang jelas, security system Telkomsel sudah mengikuti standardisasi ITU -- international telecommunication union," kata Mas'ud Khamid, Direktur Sales Telkomsel kepada detikINET.Next
(rou/ash)