"Iya, sekarang saya jadi CMO di Esia. Efektif mulai Senin depan," kata Eka saat dihubungi detikINET, Selasa (16/4/2013).
Perjalanan Eka mengendalikan pemasaran BlackBerry di Indonesia terbilang cukup singkat, hanya satu tahun tiga bulan sejak resmi bergabung Januari 2012 lalu. Terakhir, ia ikut memperkenalkan BlackBerry Z10.
Eka yang sudah 8 tahun berkiprah di industri telekomunikasi Indonesia, tak mau menjelaskan alasan kepindahannya dari BlackBerry. Ia juga tak banyak komentar saat ditanya mengapa memilih Esia. "Mengapa tidak?" katanya.
Penggemar sepakbola yang juga sempat berkiprah di Nokia dan Samsung ini sadar akan tantangan besar yang akan dihadapinya di Esia nanti. Sebab, Esia sejak 2011 lalu terus mengalami kerugian.
Jumlah kerugian Esia terus bertambah dari tahun ke tahun dimana selama 2012 mencapai Rp 3,138 triliun, lebih dari tiga kali lipat dibanding kerugian selama 2011 yang sebesar Rp 782,699 miliar.
Sebelum di telekomunikasi, Eka mengawali karirnya di perusahaan properti dan fast moving consumer good (FMCG) dari 1998 hingga 2004. Dari situ, penyandang gelar Master of Business Administation Marketing dari City University, Seattle, AS ini menjajal kemampuannya di Nokia Indonesia sebagai manajer pemasaran, sejak 2006 hingga 2010.
Di Nokia, Eka juga pernah menjabat sebagai Multimedia Retail Manager yang mengelola bisnis Nokia Nseries. Eka berhasil membawa pamor Nokia N-series sebagai salah satu handset populer di Indonesia yang mencapai 75% untuk consumer awareness, tertinggi dari Nokia di seluruh dunia
Tak lama berselang, Eka pun memutuskan untuk mencari peruntungan baru di Samsung yang tengah naik daun. Sebagai Head of Marketing for Mobilephone Business, Eka turut andil menciptakan integrated marketing communication untuk mendongkrak nama dan penjualan Galaxy Tab.
Setahun berlalu, Eka pun akhirnya bergabung dengan BlackBerry dan kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Bakrie Telecom sebagai bos pemasaran terbaru, meneruskan trah yang ditinggalkan Erik Meijer sebelum bergabung ke Indosat.
(rou/ash)