Telkom Kandas di Myanmar, Kominfo Tak Mau Disalahkan

Jakarta - Menteri Kominfo Tifatul Sembiring mengaku telah memberikan dukungan penuh atas upaya Telkom memperebutkan lisensi seluler di Myanmar. Jika pada akhirnya usaha ini gagal, Kominfo pun tak mau disalahkan karena sudah all out sesuai kemampuan.

"Kami sudah beri dukungan penuh secara regulasi dan ikut lobi-lobi dengan mengirimkan surat ke Myanmar. Ya kita dukung saja, (kalaupun gagal) itu strateginya korporat (Telkom-red.)," kata Tifatul di Auditorium Gedung Merdeka, Jakarta, Rabu (17/4/2013).


Sebelumnya diberitakan, Telkom kalah tender karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Sementara para kompetitornya dari mancanegara, turut memanfaatkan jalur lobi pucuk pimpinan lewat government to government (G to G).


Walaupun jelang pengumuman tender seluler ini, Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Menneg BUMN Dahlan Iskan sempat terbang ke Myanmar untuk memberikan dukungan terhadap rencana ekspansi Telkom, namun itu dirasa tidak cukup.


Dalam perebutan lisensi seluler di Myanmar, Telkom kalah dari nama-nama besar seperti Konsorsium Bharti Airtel, Konsorsium Vodafone dan China Mobile, Telenor, SingTel, Axiata, Konsorsium MTN, Bermuda Digicel, France Telecom, Qatar Telecommunications, Millicom International, Viettel Group, dan KDDI Corporation.


Tak hanya sekadar membawa menteri, para peserta tender lainnya dikabarkan ikut membawa serta presidennya sebagai bagian dari tim lobi. Singapura kabarnya juga membawa serta Perdana Menterinya dalam perundingan antarnegara untuk rencana ekspansi seluler di Myanmar ini.


"Itu sebabnya, kita perlu Indonesia Incorporated untuk tender internasional seperti ini. Singapura tidak akan mau gabung untuk konsorsium dengan Telkom karena jam terbang mereka di pasar internasional lebih tinggi," imbau Ketua Umum Mastel, Setyanto P Santosa.


"Memang tender itu sangat independen dan bebas campur tangan pemerintah. Tetapi fakta di manapun pengaruh kedekatan G to G tidak bisa diremehkan. Ini bukan Kominfo yang tidak aktif, tetapi justru Telkom yang harus aktif mengajak Kominfo, Kementerian Luar Negeri, dan instansi lain terkait," kata Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo, menambahkan.


Gatot juga menilai, tak ada salahnya Telkom belajar dari sektor migas dan konstruksi saat masuk pasar di Timur Tengah, Afrika Utara, dan beberapa negara Asia Tenggara. Pendekatan seperti di sektor itu diyakini bisa ditiru oleh Telkom untuk langkah ekspansi internasional berikutnya.


"Mereka ini menjalin hubungan dengan memanfaatkan jalur G to G, dan itu secara psikologis cukup berpengaruh untuk mempengaruhi otoritas setempat jika ada tender semacam itu. Bahasa strategi militernya, pengkondisian terhadap target operasi," pungkasnya.


(rou/ash)