Gagal di Myanmar, Telkom Tak Patah Arang

Jakarta - Telkom tak mau berlama-lama meratapi kegagalannya menembus babak final di tender seluler Myanmar. BUMN telekomunikasi national flag carrier itu mengaku belum patah arang untuk ekspansi go internasional.

Direktur Utama Telkom Arief Yahya menegaskan akan tetap membidik 10 negara sebagai langkah awal ekspansi Telkom tahun ini sebagai sarana untuk masuk ke era persaingan yang tanpa batas.


"Kami terpacu untuk terus melebarkan sayap ke penjuru dunia di industri Telecommunication, Information, Media, Education, dan Services atau TIMES," kata Arief di Jakarta, Kamis (18/4/2013).


Ia memaparkan, 10 negara yang masuk bidikan Telkom adalah Timor Leste, Malaysia, Australia, Hong Kong, Singapura, Macau, Taiwan, Korea Selatan, Arab Saudi, dan tentu saja Myanmar.


Dua Strategi Bisnis


Sejauh ini, kata Arief, Telkom telah berhasil menembus lima negara pertama untuk ekspansi. "Sementara untuk lima negara berikutnya sudah disiapkan dua strategi," ungkapnya.


Ekspansi itu akan dibungkus dalam program International Expansian (InEx) dengan dua strategi yang disiapkan adalah 'business follows the people' dan 'business follows the money'.


"Untuk business follows the people, kita lihat di mana masyarakat Indonesia itu berada. Sedangkan business follows the money, kita lihat negara yang memiliki potensi pasar tinggi. Misalnya dari sisi gross domestic product," jelas Arief.


Strategi 'business follows the people' telah diterapkan Telkom di Hong Kong dengan memasarkan produk Kartu As 2 in 1 yang merupakan kartu SIM prabayar dimana satu kartu terdiri dari dua nomor, yakni Hong Kong (+852) dan Indonesia (+62). "Produk ini hasil kerjasama Telkom dengan Hong Kong CSL Limited," katanya.


MVNO


Sementara model kerjasama yang dikembangkan dalam ekspansi ini adalah Mobile Virtual Network Operator (MVNO) dimana dua operator menggelar operasi sebagai penyelenggara jasa bergerak seluler dan terbatas dalam bentuk layanan suara dan data.


Dalam menggelar layanan, penyelenggara MVNO bekerja sama dengan operator telekomunikasi yang memiliki izin alokasi spektrum frekuensi dan lisensi jaringan akses. Penyelenggara MVNO tidak memiliki izin spektrum frekuensi dan lisensi jaringan akses.


"Strategi ini cukup jitu. Sejak peluncuran kartu AS 2 in 1 di Hong Kong, hanya dalam waktu dua bulan sudah menggaet 24 ribu pelanggan. Ini sangat cepat untuk produk yang relatif baru. Target tahun ini sebanyak 100 ribu pelanggan," ungkap Arief.


Menurutnya, strategi 'business follows the people' juga tepat dilakukan. Di masa depan, strategi ini akan dilakukan juga di sejumlah negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Macau, Taiwan, dan beberapa negara lain dengan karakteristik sejenis.


Sedangkan untuk strategi kedua, 'business follows the money' diterapkan di Australia dan Timor Leste mengingat negara-negara itu memiliki dua dari syarat untuk strategi ini, yakni gross domestic product tertinggi atau potensi pasar yang tinggi.


"Di Australia kami tidak masuk dalam inti telekomunikasi, tapi di services melalui BPO (business process outsourcing) yang peluangnya masih terbuka lebar. Hal itu juga diterapkan di Timor Leste dan Singapura," jelasnya.


Tantangan SDM


Dipaparkan Arief, tantangan terberat untuk ekspansi Telkom adalah masalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). Itu sebabnya, Telkom membentuk Telkom Corporate University (Telkom CorpU) sebagai Center of Excellence.


Selain itu, Telkom juga menyediakan program global talent yang mampu menyediakan SDM bersertifikasi global untuk mewujudkan ekspansi bisnis Telkom di dunia internasional.


"Kalau soal teknologi kita tidak kalah dengan negara lain. Dengan layanan yang sama, Telkom mampu menyediakan teknologi dengan cost effectiveness lebih baik," tandasnya.


(rou/ash)