Operator di Indonesia Banyak, Tapi Apa Itu Salah?

Jakarta - Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga punya pandangan tersendiri terkait jumlah operator di Indonesia yang mencapai 14 operator. Menurutnya hal itu bukan sesuatu yang salah.

"Kalau ditanya apakah operator di Indonesia banyak, iya banyak. Tapi apakah itu salah? Itu tidak salah, karena merupakan bagian dari strategi penetrasi telekomunikasi di Indonesia," katanya kepada sejumlah wartawan, di Gedung Telkomsel, Rabu (31/7/2013).


Strategi yang dimaksud oleh Alex adalah penetrasi telekomunikasi di Indonesia. Menurutnya, di awal industri telekomunikasi Indonesia yang terdiri dari satu atau dua operator saja, belum menjangkau keseluruhan.


"Industri telekomunikasi kita itu free competition, sama seperti halnya demokrasi. Dahulu kita mempunyai banyak partai, namun secara nature kan akhirnya tinggal beberapa saja," sebutnya.


Alex juga meyakini bahwa sistem dengan banyak operator di Indonesia terbukti ampuh. Buktinya saat ini penetrasi telekomunikasi di Tanah Air mencapai 120%.


Saat ini sudah sewajarnya bila pada akhirnya terjadi seleksi alam seperti rencana merger antara XL Axiata dengan Axis Telekom Indonesia.


"Hal merger seperti itu wajar dan pasti akan terjadi. Kita dari Telkomsel hanya berdoa semoga rencana tersebut berjalan lancar dan sukses," tambahnya.


Saat ditanya apakah ada kemungkinan Telkomsel mengakusisi operator lain? "Enggak. Karena kita saat ini masih 'Paling Indonesia', coverage-nya kan kita sudah 95% di Tanah Air," Alex menegaskan.


Sebelumnya, Menkominfo Tifatul Sembiring menyatakan bahwa Indonesia sudah kebanjiran operator telekomunikasi dengan jumlah 14 perusahaan. Jumlah ini sudah terlalu banyak dan berakibat kondisi bisnis yang kurang sehat.


"Data menunjukkan 92% income revenue itu di-take over oleh hanya tiga perusahaan, ya operator teratas saja. Jadi yang lain cuma dapat 8%, rimah-rimahnya saja," lanjut menteri asal Partai Keadilan Sejahtera ini.


Sebagai perbandingan, di negara besar macam Jepang, operator telekomunikasi itu cuma ada empat. "Sementara kita ada 14, kebanyakan. Jadi kalau ada akuisisi atau merger saya secara prinsip setuju," imbuh Tifatul.


Lantas, berapa idealnya jumlah operator di Indonesia? "Idealnya 5-6 operator, itu kurang lebih. Tapi tidak 14 kaya gini," tukasnya.


Tifatul pun mengharapkan akan adanya aksi konsolidasi lain -- entah itu akuisisi atau merger -- dari para operator telekomunikasi. Tidak cuma berhenti di XL dan Axis. "Sebab agar pengelolaan spektrum jadi lebih optimal," tandasnya.


(tyo/ash)