XL: Kami Beli Axis Bukan untuk Dibunuh

Jakarta - XL Axiata semakin giat mempersiapkan berbagai hal untuk memenuhi proses akuisisi Axis Telekom Indonesia. Jika akuisisi sudah berhasil dilakukan, lantas Axis mau diapakan?

"Yang pasti (Axis) bukan dibeli untuk dibunuh, tapi dikembangkan," tegas Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi, saat temu media, Jumat (26/7/2013) malam.


Hasnul menyatakan, ibarat sudah jatuh cinta dengan seseorang, XL mencintai dan menginginkan seluruh hal yang ada di Axis.


"Semua yang ada di Axis kita inginkan. Mulai dari brand, karyawan, pelanggan, frekuensi, dan lainnya," imbuhnya.


Adapun terkait kepemilikan frekuensi yang mungkin masih menjadi tarik ulur dengan regulator, XL tak menampik jika sangat membutuhkan sumber daya yang terbatas itu. Meski demikian, anak usaha Axiata ini mengaku tetap akan mengikuti aturan yang ada.


"Harapannya tentu mengikuti sesuai aturan. Termasuk jika frekuensi harus dikembalikan ke pemerintah, tapi nanti berharap akan dikembalikan lagi ke kita (XL dan Axis). Karena kita spent a lot of money dan pelanggan juga sudah sangat butuh," harap Hasnul.


Sebelumnya, menurut Nonot Harsono, anggota Komisioner BRTI, XL dalam suratnya hanya rela mengembalikan frekuensi 5 MHz di spektrum 2,1 GHz, atau setara satu blok 3G, sebagai syarat untuk memuluskan merger akuisisi sesuai UU No. 36/1999 dan PP No. 53/2000.


"Dalam surat yang dikirimkan manajemen XL ke regulator seperti itu. Tak disebutkan di blok mana yang akan dilepas. Namun untuk spektrum 1.800 MHz dan 900 MHz tak dikembalikan," kata Nonot saat ditemui usai pembahasan soal kasus IM2 di Four Seasons, Jakarta.


Komposisi kepemilikan frekuensi XL sendiri saat ini adalah 15 MHz atau setara tiga blok (8, 9, dan 10) di spektrum 2,1 GHz untuk layanan 3G. Sedangkan untuk 2G, XL juga punya di 1.800 Mhz dan 900 MHz, masing-masing 7,5 MHz. Sementara Axis menduduki dua blok 3G di 2,1 GHz, yakni blok 11 dan 12. Sementara untuk 1.800 MHz memiliki lebar pita 15 MHz.


Jika konsolidasi antara keduanya terjadi dan XL hanya mengembalikan satu blok 3G maka anak usaha Axiata ini akan memiliki empat blok frekuensi 3G dan di 1.800 MHz menjadi 22,5 MHz atau setara dengan alokasi yang dimiliki Telkomsel.


Diprediksi jika kedua operator melakukan konsolidasi pangsa pasar dari sisi pelanggan bisa mencapai sekitar 25% dan menjadi ancaman serius bagi Indosat yang selama ini menduduki posisi nomor dua di pasar seluler nasional.


Nonot menduga XL tak ingin mengembalikan alokasi frekuensi 1.800 MHz karena selama ini dalam posisi zona merah di spektrum tersebut. "XL cuma punya 7,5 MHz di 900 MHz dan 1800 MHz. Itu mana bisa untuk Long Term Evolution (LTE). Karena itu tak dikembalikan," jelasnya.


Kominfo dan BRTI saat ini tengah membentuk tim kecil untuk membahas rencana konsolidasi yang digagas XL terhadap Axis itu dengan melihat masalah kepemilikan frekuensi, blok nomor, dan dampak ke persaingan usaha.


(ash/ash)