Feature phone atau ponsel jadul begitu orang biasa menyebutnya, mungkin menjadi sesuatu barang yang langka saat ini. Hanya mempunyai fitur terbatas, tentu saja feature phone dengan mudah dilibas oleh smartphone.
Maka secara logika, feature phone seharusnya tak menjadi daya tarik yang menarik bagi vendor besar lagi. Booming smartphone beberapa waktu belakangan menjadikan celah keuntungan baru bagi perusahaan.
Tapi ada sesuatu yang terbilang aneh dilakukan oleh Microsoft Device--dahulu bernama Nokia. Mantan raja ponsel itu masih sempat-sempatnya menelurkan feature phone, yang bahkan harganya tidak lebih dari Rp300 ribuan.
Bila dilihat dari 'mata telanjang' apa yang dilakukan oleh Microsoft Devices agaknya hal ganjal, tapi mereka mempunyai alasan tersendiri. Salah satunya adalah pasar berkembang, yang dianggap masih seksi.
Walaupun banyak yang mengatakan, smartphone sudah mulai menggeser feature phone, tapi di sisi lain masih diperkirakan ada satu miliar orang yang belum memiliki perangkat mobile.
"Ini adalah kesempatan besar bagi Microsoft untuk memperkenalkan orang-orang, terutama di pasar negara berkembang, untuk pengalaman mobile pertama mereka," jelas juru bicara Microsoft dalam sebuah pernyataan kepada The Verge.
Dia menambahkan, di pasar negara berkembang, ponsel bukan laptop, bisa menjadi perangkat komputasi utama seseorang untuk mengakses internet.
Microsoft Devices memang tidak main-main, perusahaan itu mengklaim mampu menjual rata-rata 1 juta unit per minggu feature phone, Nokia 105. Artinya besar kemungkinan Nokia bisa menjual 48 juta selama setahun ponsel jadul.
Benarkah apa yang diklaim oleh Microsoft? Apakah feature Phone sudah tamat saat ini? Bagaimana nasibnya sekarang, mari kita simak saja ulasan detikINET dalam beberapa artikel ke depan. (tyo/rou)
