Di Indonesia, Uber tidak ingin kejadian tersebut terulang. Mereka tentu saja mempelajari aturan yang berlaku di Tanah Air dan tentunya tidak berharap 'membunuh' armada taksi lokal.
"Kami mempelajari aturan yang berlaku, tentu saja. Pada dasarnya kami tidak melanggar hukum, karena kami hanya perantara antara calon penumpang dengan mobil sewaan. Dan rental mobil sewaan yang kami ajak kerjasama itu sudah mempunyai izin operasi," urai Mike Brown, General Manager Uber Southeast Asia, di The Plaza Tower, Rabu (13/8/2014).
Lalu bagaimana bila nanti Uber mengalami masalah di masa akan datang?
"Kami yakin tidak akan ada masalah," tegas Mike percaya diri.
Ditambahkan oleh Chan Park, Head of Expansion Uber Asia, walau tidak mempunyai armada sendiri dan hanya sebagai penghubung, bukan berarti keamanan penumpang dipertaruhkan.
"Kami tidak sembarangan dalam memilih partnership untuk perusahaan rental mobil, kami punya standar tersendiri yang ketat," kata Park.
Saat ini Uber masih terbatas di wilayah tertentu di Jakarta, khususnya di kawasan bisnis seperti SCBD. Akan tetapi di masa depan, Uber siap memperluas layananya ke berbagai kota di Indonesia.
Uber memang menyasar kalangan penumpang menengah ke atas. Ini bisa dilihat dari mobil yang ditawarkan, seperti Nissan Teana, Alphard dan banyak lagi.
"Namun bila dihitung-hitung, Uber bisa lebih murah dari armada taksi seperti Blue Bird," klaim Mike. (tyo/ash)