Kondisi low light di Rockfeller Building, New York. Mengubahnya menjadi hitam-putih dengan menonjolkan efek grainy menjadi salah satu alasan tidak mendelete foto ini dari hardisk. (Ari Saputra/detikcom)
Kalaupun menjadi grainy, kasar dan timbul bintik-bintik halus seperti pasir, nikmatilah. Grainy itu indah sebatas masih bisa diterima dengan wajar. Merubahnya menjadi hitam-putih juga tak ada salahnya. Bahkan, dapat memberi kesan personal yang unpredictable.
Selain faktor ketidaksengajaan, foto bergaya grainy bisa dihasilkan pada suasana bercahaya minim dengan ISO tinggi pada kamera biasa. Misalkan, memotret subway di Paris, New York atau stasiun Jakarta Kota yang temaram dengan ISO 2.500 atau lebih.
Foto-foto yang dihasilkan ISO tinggi tersebut menjadi grainy dengan sendirinya. Sebab, pixel yang tertangkap sensor menyesuaikan cahaya pada setting white balance. Gelap dan bintik-bintik jika di-zoom.
Sebaliknya, ISO rendah tetap berpotensi grainy bila under 2 hingga 3 stop. Tinggal menaikan level kontras di komputer hingga sesuai yang diharapkan.
Pada kamera mahal dan canggih, grainy memang dihindari. Sampai-sampai para pabrikan kamera berlomba-lomba menaikan kemampuan ISO. Beberapa kamera sampai dibekali kemampuan melihat cahaya rendah hingga ISO 250.000. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan rana/speed dan menghilangkan grainy.
Tetapi jangan khawatir, beberapa genre foto justru menonjolkan efek grainy ini seperti pictorial, dokumenter atau foto berita. Seakan mengingatkan era kamera film dengan bilangan ASA terbatas sehingga mau nggak mau harus di-push di kamar gelap dan mengakibatkan grainy. Hasilnya seperti tadi. Tidak terduga dan lebih dramatis.
Jadi, masih berpikir untuk menghapus foto under?
(Ari/rou)