Demi Axis, XL Tak Berani All Out Kembalikan Frekuensi

Jakarta - Operator seluler XL Axiata ternyata tak berani all out mengembalikan seluruh frekuensi yang dimilikinya demi mendapatkan izin dari Kementerian Kominfo dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk meminang Axis Telekom Indonesia.

Menurut Nonot Harsono, Anggota Komisioner BRTI, XL dalam suratnya hanya rela mengembalikan frekuensi 5 MHz di spektrum 2,1 GHz, atau setara satu blok 3G, sebagai syarat untuk memuluskan merger akuisisi sesuai UU No. 36/1999 dan PP No. 53/2000.


"Dalam surat yang dikirimkan manajemen XL ke regulator seperti itu. Tak disebutkan di blok mana yang akan dilepas. Namun untuk spektrum 1.800 MHz dan 900 MHz tak dikembalikan," kata Nonot saat ditemui usai pembahasan soal kasus IM2 di Four Seasons, Jakarta.


Seperti diketahui, komposisi kepemilikan frekuensi XL saat ini adalah15 MHz atau setara tiga blok (8, 9, dan 10) di spektrum 2,1 GHz untuk layanan 3G. Sedangkan untuk 2G, XL juga punya di 1.800 Mhz dan 900 MHz, masing-masing 7,5 MHz. Sementara Axis menduduki dua blok 3G di 2,1 GHz, yakni blok 11 dan 12. Sementara untuk 1.800 MHz memiliki lebar pita 15 MHz.


Jika konsolidasi antara keduanya terjadi dan XL hanya mengembalikan satu blok 3G maka anak usaha Axiata ini akan memiliki empat blok frekuensi 3G dan di 1.800 MHz menjadi 22,5 MHz atau setara dengan alokasi yang dimiliki Telkomsel.


Diprediksi jika kedua operator melakukan konsolidasi pangsa pasar dari sisi pelanggan bisa mencapai sekitar 25% dan menjadi ancaman serius bagi Indosat yang selama ini menduduki posisi nomor dua di pasar seluler nasional.


Nonot menduga XL tak ingin mengembalikan alokasi frekuensi 1.800 MHz karena selama ini dalam posisi zona merah di spektrum tersebut. "XL cuma punya 7,5 MHz di 900 MHz dan 1800 MHz. Itu mana bisa untuk Long Term Evolution (LTE). Karena itu tak dikembalikan," jelasnya.


Kominfo dan BRTI saat ini tengah membentuk tim kecil untuk membahas rencana konsolidasi yang digagas XL terhadap Axis itu dengan melihat masalah kepemilikan frekuensi, blok nomor, dan dampak ke persaingan usaha.


"Kita akan lihat nanti kebutuhan bandwidth dan jumlah pelanggan. Itu alasan hanya dikembalikan 5 MHz apa wajar dan lainnya. Namun, secara prinsip regulator menyetujui rencana konsolidasi ini karena jumlah operator di Indonesia sudah kebanyakan," kata Nonot.


Dalam minggu-minggu ini, Menkominfo Tifatul Sembiring katanya akan menjawab surat yang dikirimkan XL beberapa minggu lalu terkait rencana konsolidasi dengan Axis. "Isinya kurang lebih menyatakan dukungan secara prinsip," tandasnya.


Di lain kesempatan, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alex Janangkih Sinaga meminta regulator menjaga spirit keadilan di industri dalam rencana konsolidasi XL dan Axis ini.


Menurutnya, di dalam aturan modern licensing, spektrum dan blok nomor harus kembali ke regulator. Baru kemudian regulator dalam mendistribusikan kembali spektrum dan blok nomor tersebut harus mempertimbangkan pencapaian komitmen para operator dalam membangun jaringan secara nasional.


"Konsolidasi ini baik buat industri dengan syarat aturan modern licensing dan persaingan usaha yang sehat jangan dilanggar," tegasnya.


(rou/ash)