"Kami tengah mengembangkan diri menjadi inflight communication provider," kata
Direktur Enterprise and Business Service Telkom Muhammad Awaluddin saat berbincang di Jakarta, Kamis (11/7/2013).
"Lisensi operator WiFi di udara ini hanya langkah awal menuju yang lebih besar yakni inflight communication provider untuk seluruh maskapai di Indonesia," paparnya lebih lanjut.
Telkom sendiri telah menyiapkan tiga tahap menuju pemain utama di pasar bisnis komunikasi penerbangan dengan jargon 3C, yakni penyedia koneksi jaringan (connectivity), penyedia akses komunikasi (communication), dan penyedia konten (content).
"Kami dengan Garuda Indonesia sudah menjalin kerjasama. Kita sedang uji coba di Boeing 777-300ER milik maskapai itu. Telkom membidik semua maskapai yang bisa menyelenggarakan inflight communication," jelas Awal.
Investasi yang dilakukan Telkom saat ini masih dalam tahap penyedia connectivity alias operator WiFi di penyediaan bandwidth internet. Selain itu, support pada lisensi penyedia jasa internet (PJI), hak labuh satelit (landing right) dan izin stasiun radio (ISR).
Telkom bertanggung jawab dalam menyediakan hak labuh satelit yang terdiri hak labuh Satelit Eutelsat untuk Boeing dan hak labuh Satelit Inmarsat untuk Airbus serta Izin Stasiun Radio untuk Satelit Eutelsat yang diterbitkan Direktorat Operasi Kominfo dan Izin Stasiun Radio untuk Satelit Inmarsat.
"Ini investasinya minim sekali, tidak besar. Struktur tarif untuk konsumen sedang dibahas dua model bisnis yakni time based atau volume based. Besaran dan sharing masih dalam pembahasan antara Telkom dengan Garuda," jelasnya.
Direktur Pemasaran Garuda Indonesia Erik Meijer di lain kesempatan mengatakan teknologi yang digunakan tergantung jenis pesawat. "Kami menggunakan teknologi milik OnAir di Airbus sedangkan Panasonic di B777-300ER," ujarnya.
Di Boeing 777-300ER, layanan WiFi bersama Telkom ini tengah dalam uji komersial dan diberikan gratis untuk penumpang First Class dengan rute Jakarta-Jeddah mulai 9 Juli kemarin.
Garuda kabarnya menyiapkan investasi sekitar USD 17,5 juta untuk membeli perangkat teknologi telekomunikasi di pesawat. Alatnya sendiri diperkirakan seharga USD 250 ribu.
(rou/ash)