Diakui lulusan Seni Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, dirinya seolah tersihir sejak pertama kali berkenalan dengan animasi. Memenuhi 'dahaganya' akan animasi, pria bernama asli M. Erwin Hajuningtyas ini pun getol berburu film animasi.
"Udah mulai banyak nonton film-film, waktu itu masih jaman video betamax, ke rental-rental, kalau gak nonton di bioskop yang masih sangat terbatas juga," kenangnya seraya tertawa, saat ditemui detikINET beberapa waktu lalu.
Dari semua film animasi yang ditontonnya, ada beberapa yang menjadi favoritnya. Kebanyakan di antaranya adalah besutan Disney. Diakui Erwin, selalu muncul perasaan serta kesan sama begitu selesai menonton film-film tersebut, yakni rasa gemas dan semangat membara.
"Yang menarik dari animasi adalah kemampuan menjadi 'Tuhan' kecil untuk menciptakan desain yang orang lain mungkin gak akan bisa membayangkan seperti itu," jawab Erwin saat ditanya hal yang paling membuatnya jatuh cinta dengan animasi.
Animasi di Indonesia
Berkarir di bidang animasi sejak 1993, pria gondrong ini turut menyaksikan perjalanan animasi di Indonesia. Negeri ini punya banyak bakat yang diakui secara internasional. Karya animator kita, memang tak kalah keren dan tak bisa dipandang remeh.
Ironisnya, dari sisi pertumbuhan bisnis, animasi Indonesia masih kalah bersaing dengan animasi luar. Jika mau jujur, kondisi umum animasi di Indonesia masih dalam periode merangkak, yang menurutnya pribadi memakan waktu terlalu lama.
Bagaimana tidak, mengingat animasi di Indonesia sudah mulai tumbuh sejak 1960-1970an. Kalau diasosiasikan menggunakan ukuran waktu pertumbuhan usia manusia, seharusnya sekarang sudah berumur 40- 50 tahunan. Sungguh lucu kalau dalam usia setua itu kemampuannya baru dalam tahap merangkak.
Tak perlu jauh-jauh, dengan animasi buatan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura saja, Indonesia masih jauh ketinggalan. Alhasil, jika dulu animator Malaysia belajar ke Indonesia, kini malah sebaliknya.
"Malaysia lompatannya jauh banget. Kalau kita dari dulu sampai sekarang masih stagnan saja. Malaysia sekarang bisa membuat lebih banyak produk animasi dibandingkan kita yang justru sebenarnya lebih duluan," ujar pemilik situs yang beralamat di erwinarghstudio.com ini.
Dalam lima tahun terakhir, pemerintah memang mulai aktif bergerak di industri animasi. Kondisi ini juga didukung dengan mulai banyaknya sekolah atau perguruan tinggi yang membuka jurusan animasi.
Dari segi perkembangan saluran distribusi, sejumlah stasiun TV nasional mulai memperlihatkan ketertarikan menayangkan animasi lokal. Meski memang, jumlah animasi lokal di TV nasional masih bisa dihitung dengan jari.
Tapi menurutnya, arah perkembangannya masih belum fokus dan belum terstruktur dengan baik. Sisi positifnya, setidaknya kondisi seperti ini diharapkan bisa menjadi pembuka jalan lebih baik untuk perkembangan animasi.
"Jadi awareness sudah ada, masih bergerak, mencari bentuk, kurikulumnya, kompetensinya dan sebagainya," simpulnya.
(Erwin Argh)
'Jangan cepat puas'
Sementara banyak animator yang berkarya ke negeri orang, Erwin memilih tetap tinggal dan berharap kontribusinya bisa ikut mendukung pertumbuhan animasi di Tanah Air.
Berbekal pengalaman dan passionnya, Erwin kini terlibat dengan Cimahi Creative Association (CCA). Bertempat di gedung Baros Information Technology Creative Cimahi (BITC), Cimahi, Bandung, Erwin dan sejumlah dedengkot animator profesional, rutin berbagi ilmu melalui workshop animasi gratis. BITC dan kota Cimahi sendiri memang diproyeksikan sebagai pusat pengembangan animasi nasional.
Selain itu, Erwin juga bercita-cita membangun kembali Red Rocket Animation, salah satu legenda animasi Indonesia di Bandung. Di studio inilah pertama kalinya Erwin belajar dan berkarir animasi secara profesional.
Jangan cepat puas, adalah pesan sederhana Erwin bagi siapa saja yang ingin berkecimpung di dunia animasi. Bisa membuat obyek bergerak dan mengerti software animasi saja menurutnya tidak cukup. Seperti bidang lainnya, mendalami animasi diperlukan pemahaman yang baik secara detail dengan segala seluk beluknya.
"Jangan cepat puas. Jangan terlalu mengejar ingin terlibat di proyek besar. Di luar negeri memang hebat, tapi di sana lingkungannya kondusif. Jika pindah ke sini, belum tentu mudah karena di sini belum mendukung. Dan yang terpenting lagi, memahami prinsip animasi," pesannya.
(rns/ash)