Tuai Kontroversi, World Press Photo Ubah Aturan Main

Jakarta - Prosesi pemakaman di Palestina dipotret dengan apik oleh Paul Hunsen yang membawanya jadi juara di World Press Photo Awards. Sayang, foto sang pemenang malah memicu kontroversi yang belakangan membuat pihak panitia lomba menggodok aturan baru.

Kontroversi yang menyeruak itu terjadi pada awal tahun ini. Ramai diperbincangkan, bahwa foto yang dimaksud telah banyak dimanipulasi.


Merespon kontroversi yang masuk, para ahli pun didatangkan. Analis forensik menemukan bahwa foto itu tidak dimanipulasi secara digital dan bukan merupakan foto gabungan, namun memang telah melalui sejumlah proses post-production.


"Dalam kasus ini, beberapa area dibuat lebih terang dan lainnya lebih gelap," jelas Eduard de Kam, seorang ahli fotografi digital. Suara sumbang yang masuk salah satunya mengatakan bahwa karya itu tak ubahnya seperti poster film.


Tak mau berdiam diri, World Press Photo akhirnya memutuskan mereka akan mengenalkan aturan baru untuk kontes selanjutnya di tahun 2014.


"Banyak diskusi dan spekulasi terkait level dalam post-processing file image di kontes ini," aku Michiel Munneke, Managing Director World Press Photo seperti dilansir dari BJP, Jumat (4/10/2013).


"Kami akan mengumumkan lebih detail saat foto kontes 2014 dibuka pada akhir tahun ini," tambahnya. Ia menekankan bahwa pihaknya menginginkan integritas dan profesionalisme fotografer yang berpartispiasi.


Adapun World Press Photo selanjutnya akan mempersilakan fotografer memasukkan karya pada bulan Desember 2013 hingga 15 Januari 2014 mendatang. Untuk tahun 2013, kontes tersebut telah berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 karya dari sekitar 5.000 fotografer yang berasal dari 124 negara.


(sha/fyk)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!