"Ketika Anda melihat seberapa cepat orang bereaksi terhadap lalu lintas yang tidak terduga, seberapa cepat mereka mengerem dan sebagainya, kami tidak menemukan perbedaan signifikan secara statistik antara Google Glass dengan smartphone," kata Ben Sawyer dari University of Central Florida yang melakukan penelitian itu.
Dikutip detikINET dari Reuters, Sabtu (27/9/2014), penelitian melibatkan 40 orang. Mereka diminta memakai Google Glass dan smartphone sambil mengetik teks dan mengemudi dengan simulator.
Kemudian peserta studi dihadapkan dengan mobil yang mengerem mendadak di depan. Ternyata reaksi pengguna smartphone dan Google Glass tidak jauh berbeda. Padahal sebenarnya pengguna Google Glass bisa mengetik dengan perintah suara dan tetap memandang ke depan.
"Melihat ke depan belum tentu juga Anda memperhatikan," kata Sawyer mengenai Google Glass. Tapi ada beberapa keunggulan Google Glass, misalnya pemakainya lebih cepat bereaksi sesudah insiden terjadi.
Mungkin di masa depan, ada teknologi lebih canggih yang mampu membuat Glass sama sekali bukan gangguan bagi pengemudi kendaraan. Google Glass ini rencananya segera dijual massal oleh Google.
(fyk/fyk)
