CEO Indosat Alexander Rusli dan CMO Indosat Erik Meijer
Jakarta - Seluruh operator seluler di Indonesia meyakini masa depan industri telekomunikasi ada di sektor layanan data. Sementara layanan tradisional seperti voice call dan SMS dinilai sudah mentok dan tak bisa diturunkan lagi tarifnya untuk persaingan.
"Di basic telephony seperti voice dan SMS sudah tidak ada ruang untuk bermain. Sekarang yang menjadi masalah itu di data ada beberapa tantangan, seperti keterbatasan frekuensi, pemain aplikasi yang menekan operator, dan perangkat yang kian haus bandwidth," kata Presiden Direktur dan CEO Indosat Alexander Rusli di acara 4G: New Tech, New Services, New Needs di Jakarta.
Menurutnya, basic telephony telah memasuki fase red ocean kalau dilihat dari sisi bisnis dimana pemain sudah banyak sementara jasa yang ditawarkan sejenis. "Itu fase pertama di industri seluler. Sekarang kita masuk tahap kedua yakni data services. Masalahnya di data services ini baru tahap pertumbuhan," jelasnya.
Presiden Direktur dan CEO XL Hasnul Suhaimi menambahkan, XL sejak 2011 sudah tak bermain lagi dengan tarif suara dan SMS karena belajar dari pengalaman di India yang terus menurunkan tarif berujung pada bergugurannya para pemain.
"Tarif suara dan SMS di Indonesia sudah paling murah. Kami menyadari itu sejak dua tahun lalu, karena itu tidak mau bermain di tarif. Penetrasi yang kami lakukan memang lebih ke pelanggan berkualitas. Itulah kenapa pertumbuhan XL paling tinggi di industri tahun lalu," jelasnya.
Hasnul mengatakan, XL adalah pionir tarif murah di Indonesia beberapa tahun lalu. Namun, saat dua tahun lalu membaca gejala tarif terlalu turun tidak sehat bagi industri, maka strategi pun berganti dengan mencari pelanggan berkualitas.
Walau jasa basic telephony dianggap berada di red ocean, namun backbone pendapatan Indosat dan XL masih dari layanan ini. XL meraih pendapatan sebesar Rp 21,278 triliun atau naik 15% dibandingkan 2011 sebesar Rp 18,468 triliun.
Penopang pendapatan XL adalah jasa seluler yang terdiri atas suara sebesar Rp 8,308 triliun atau naik 6% dibandingkan 2011 sebesar Rp 7,8 triliun. SMS sebesar Rp 4,729 triliun atau naik 16% dibandingkan 2011 sebesar Rp 4,07 triliun.
Pendapatan seluler Indosat selama 2012 juga ditopang oleh jasa SMS dan data, di tengah turunnya pertumbuhan layanan suara serta tak menentunya pasar Value Added Services (VAS).
Omzet bisnis seluler anak usaha Qatar Telecom yang kini jadi Ooredoo itu pada 2012 sebesar Rp 18,762 triliun atau tumbuh 12% dibandingkan 2011 sebesar Rp 16,75 triliun.
Jumlah pelanggan seluler Indosat sebanyak 58,5 juta nomor naik 13,1% dibandingkan 2011 sebesar 51,7 juta nomor. Indosat juga mencatat pertumbuhan pendapatan di SMS yakni 66,1% pada 2012 berkat efektifnya promosi di produk IM3.
Sementara trafik SMS Indosat pada 2012 sebesar 268 juta per hari atau naik 4,4% dibandingkan 2011 sebesar 257 juta SMS per hari.
( rou / rou )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!