Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Keahlian developar lokal dalam membuat aplikasi harus diacungi jempol. Namun masih banyak dari mereka yang masih melakukan kesalahan-kesalahan yang sama.
Menurut Ronnie A. Dumaguin, Dynalabs Division Head, daftar kesalahan yang dimaksud pertama adalah respons yang kurang cepat dalam menjawab inquiry dari para customer.
Kedua, kurang dalam menyelami apa kebutuhan dari customer yang sebenarnya. Ketiga, selalu membuat fitur yang terkadang pas-pasan dalam membuat aplikasi.
"Dan terakhir terlalu membuat hal yang product oriented, bukannya customer oriented," jelas Ronnie, dalam keterangannya, Selasa (19/3/2013).
Para developer pun diimbau untuk mengintip perkembangan teknologi terbaru untuk dapat diaplikasikan kepada hasil karya mereka. Seperti pemanfaatan cloud yang lebih murah, cepat (lokal akses) dan aman dalam konteks data ada di dalam negeri.
Berikut manfaat cloud bagi para developer:
-. Agility: Lebih cepat dalam mengembangkan dan men-deploy aplikasi yang diminta, karena proses procurement tradisional menjadi hilang.
-. Flexibility: para developer bisa dengan mudah menjawab kebutuhan customer karena public cloud telah menyiapkan App Stack yang bisa dipilih sesuai kebutuhan aplikasi mereka.
-. Compliance: karena layanan cloud disediakan oleh penyedia jasa lokal, maka otomatis data yang tersimpan pun ada di lokal Indonesia, sehingga bisa memberikan rasa percaya diri kepada para customernya terhadap keamanan data mereka.
"Selanjutnya dengan adanya lokal public cloud, para developer di Indonesia bisa dengan sangat mudah membangun aplikasi dan aplikasi yang sudah dikembangkan dapat dengan cepat disajikan," lanjut Ronnie.
Tanpa cloud, ia menambahkan, para developer biasanya harus membangun aplikasi dengan tools yang harus dikumpulkan dulu, install dan bangun aplikasi di server sendiri, menguji, dan men-deploy sendiri lewat hosting services.
"Semua hal tersebut memakan waktu dan biaya yang cukup mahal. Dengan adanya cloud, para developer bisa menggunakan development tools yang sudah tersedia di dalamnya (gratis jika open source), kebutuhan server bisa ditambah/dikurangi oleh para developer sendiri dan hanya membayar sesuai jumlah dan kapasitas cloud yang digunakan. Semuanya tanpa perlu melakukan investasi di awal yang besar," Ronnie menandaskan.
Devathon
Terkait kreativitas membuat aplikasi, para developer pun ditantang untuk membuat aplikasi secara maraton dalam waktu 9 jam dalam ajang Devathon alias Developers Marathon.
Sesuai namanya, dalam Devathon para developer ditantang untuk membangun sebuah aplikasi, men-deploy aplikasi tersebut di Osmium cloud, dan kemudian mempresentasikannya kepada dewan juri.
Peserta juga diperkenankan membawa aplikasi yang telah dibuat sebelumnya, namun diwajibkan untuk menggunakan tools & jasa layanan Osmium cloud yang disediakan, dan tentunya akan dikenakan penilaian khusus.
Jenis dan tujuan dari aplikasi tidak dibatasi, selama secara teknis dapat di-cloud-kan. Tentunya pengetahuan dasar akan cloud akan sangat membantu para peserta untuk dapat mengikuti kompetisi ini.
Penilaian juri dalam mencari pemenang Devathon didasarkan lebih kepada manfaat dari aplikasi yang dibangun. Elemen penjurian didasarkan pada Fungsionalitas dan Business Value dari aplikasi, juga pada maksimalisasi penggunaan development tools yang tersedia pada Osmium cloud.
Setiap aplikasi yang disertakan dalam kompetisi yang memperebutkan total hadiah USD 3.000 ini berpeluang untuk dapat menjalin kerjasama bisnis dengan bebragai perusahaan.
Bagaimana, berminat ikut serta? Silakan daftar di sini .
( ash / fyk )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!