Suasana Acara (rou/detikINET)
Jakarta - Dari sekian banyak inovasi terbaru yang diusung Ericsson, ada satu layanan teknologi yang membuat Ericsson begitu antusias. Layanan ini adalah untuk komunikasi antarmesin alias machine-to-machine (M2M) yang diproyeksi tengah mencapai momentumnya.
"Pendapatan global dari layanan M2M diperkirakan mencapai USD 200 miliar pada 2017," kata Presiden & CEO Ericsson Hans Vestberg dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah media di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (21/3/2013).
M2M diyakini sebagai peluang baru sekaligus solusi untuk mengatasi kejenuhan pasar telekomunikasi. Jika di Indonesia pelanggan telekomunikasi telah menyentuh penetrasi teledensitas 119,9%, dan masih bisa meningkat lagi menjadi 144,1% dalam tiga tahun ke depan.
Sementara jika menilik pasar M2M, pelanggannya bisa dibilang tak terbatas. Segala jenis mesin yang membutuhkan konektivitas bisa dianggap sebagai pelanggan baru operator, dan tentunya ladang uang baru yang bisa meningkatkan average revenue per user (ARPU).
"Ada 50 miliar perangkat yang akan terhubung dengan layanan M2M di 2020 mendatang. Kami dari Ericsson akan menopang dari sisi layanan full integration systems," ujar Johan Wibergh, Executive Vice President and Head of Business Unit Network Ericsson.
Di Indonesia, layanan M2M telah digelar oleh sejumlah operator seperti Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata. Nilai bisnisnya jika menilik data Frost & Sullivan untuk proyeksi 2013 ini mencapai USD 26,3 juta dengan pertumbuhan pertahun sekitar 29%.
"Namun agar M2M bisa sukses, hal yang terpenting untuk diutamakan adalah coverage dan capacity. Sebab, untuk menjangkaunya diperlukan jangkauan sinyal yang jauh dengan kapasitas besar," pungkas Wibergh.
( rou / ash )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!