Telkomcel Ditantang Dominasi Timor Telecom




Telkomcel (ardhi/detikinet)


Dili - Langkah Telkom International (Telin) lewat Telkomcel untuk melakukan ekspansi di industri seluler Timor Leste tentu bukan tanpa rintangan. Anak usaha Telkom Group itu dihadapkan pada tantangan untuk mendobrak dominasi Timor Telecom.

Terlebih Timor Telecom -- sebelum kedatangan Telkomcel -- merupakan single player alias memonopoli pasar seluler Timor Leste selama bertahun-tahun.


Jadi bisa dibayangkan, betapa sudah mengakarnya brand image Timor Telecom sebagai penyedia layanan seluler di negeri yang melepaskan diri dari Indonesia pada tahun 2012 itu.


Pun demikian, kondisi ini nyatanya tak bikin Telkomcel ciut. Menurut Chief Operation Officer Telkomcel Ambar Kuspardianto, Telkomcel memiliki sejumlah amunisi untuk mendobrak dominasi Timor Telecom yang berasal dari Portugal.


"Pertama adalah Telkomcel sebagai bagian dari Telkom Group telah memiliki pengalaman dalam menggelar jaringan telekomunikasi," imbuhnya. Ambar melanjutkan, Telkomcel juga didukung oleh pemerintah Timor Leste sehingga akhirnya mendapat lisensi di frekuensi 850 MHz dan 2,1 GHz.


Dan yang tak kalah pentingnya adalah, adanya kedekatan dengan masyarakat Timor Leste. Dimana mereka pernah menjadi bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia.


"Misalnya dari segi bahasa, itu masih banyak yang sama. Ini tentunya mempermudah untuk komunikasi di antara Telkomcel dan para pelanggan," kata Ambar.


Timor Telecom sendiri sudah memonopoli pasar seluler Timor Leste sejak 10 tahun lalu. Sampai akhirnya pemerintah Timor Leste membuka pasar kepada dua operator baru, Viettel Telecom asal Vietnam dan Telkomcel dari Indonesia.


Viettel yang mulai mempersiapkan jaringan sejak September 2012, menurut Ambar, baru memiliki 10 BTS di Timor Leste. Jauhnya jarak (Timor Leste-Vietnam) dianggap membuat pembangunan jaringan Viettel tak secepat Telkomcel.


Sementara kekuatan jaringan Telkomcel sendiri saat ini disokong oleh 63 BTS, dimana 54 BTS di antaranya sudah beroperasi yang mengcover 6 distrik di Timor Leste, yakni di Dili, Baukau, Elmera, Aieleu, Bobonaro, dan Likisa.


"Dari 6 distrik itu kita (Telkomcel-red.) Sudah mampu mengcover 70% populasi penduduk Timor Leste," kata Ambar.


Adapun untuk pembangunan jaringan di tahap kedua tengah dipersiapkan dengan menambah 48 site. Jadi nantinya Telkomcel memiliki total 118 site, dimana 3 site akan dimanfaatkan untuk backbone.


"Diharapkan pada Juli nanti, Telkomcel sudah full service dengan mengcover 95% populasi Timor Leste," imbuhnya. "Jika dibandingkan secara apple to apple dengan Timor Leste pun kami yakin kualitas Telkomcel lebih bagus," Ambar menegaskan


Artinya, kini persaingan di pasar seluler Timor Leste akan lebih ramai. Dua pemain baru, Telkomcel dan Viettel akan coba merebut kue pasar yang selama ini dinikmati Timor Telecom seorang diri.


Diperkirakan, saat ini ada 400 ribu pelanggan seluler di Timor Leste. Meski sedikit secara jumlah pelanggan, average revenue per user (ARPU) pengguna mencapai USD 10 atau hampir Rp 100 ribu. Jauh lebih besar dibandingkan dengan ARPU di Indonesia yang masih berkutat di angka Rp 30 ribuan.


Tak ayal, Timor Telecom bisa meraup revenue USD 50 juta setiap tahunnya. Sementara Telkomcel tak mau kalah, anak usaha Telkom Group itu menargetkan revenue USD 10 juta plus 120 ribu pelanggan di akhir tahun 2013.


"Kami optimistis dengan target tersebut. Karena di sini (Timor Leste-red.), kami hadir dengan full services alias mobile network operator," pungkas Ambar.


( ash / sha )


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!