Big Data Ancam Privasi

Jakarta - Isu yang tengah berkembang di dunia maya adalah mengenai tuduhan aksi spionase yang dilakukan sebuah Negara kepada Negara lainnya. Meski dengan dalih memantau pergerakan aksi terorisme dan cybercrime, hal semacam ini belum bisa dibenarkan karena terkait privasi.

Tapi nyatanya perkembangan internet itu sendiri yang membuat sebuah privasi semakin kurang dihargai, salah satunya berasal dari tren teknologi Big Data pada dunia internet.


Dengan semakin melonjaknya jumlah data di dunia maya, perlindungan privasi terhadap penggunanya pun semakin berkurang. Alasannya, karena semakin banyak data, semakin sulit pula melindungi privasi tiap-tiap penggunanya dari ancaman pihak luar.


Menurut Edmon Makarim, Pakar Hukum Telematika FH UI, faktor lain yang semakin memperkuat hal tersebut juga berasal dari tingkat public interest di dunia maya yang semakin tinggi. Ini yang akhirnya membuat privasi kian tak berharga.


"Tidak akan pernah ada keseimbangan yang baik antara privasi dan public interest," ucapnya di salah satu sesi pada event IGF 2013 yang digelar di Nusa Dua, Bali.


Di kesempatan yang sama Microsoft Asia mengungkapkan bahwa, pada tahun lalu ada sekitar 3 Zetta Byte atau setara 3 triliun Giga Byte data yang lalu-lalang sepanjang tahun 2012.


Menurut Microsoft, dengan jumlah sebesar itu perlindungan terhadap privasi data seseorang adalah hal yang cukup sulit dilakukan. Namun Microsoft mengatakan telah mengembangkan teknologi enkripsi data yang mampu melindungi penggunanya.


Teknologi enkripsi yang dimaksud adalah dengan menambahkan sebuah metadata pada sebuah enkripsi. Sehingga hal ini dipercaya bisa lebih melindungi privasi seseorang.


(yud/eno)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!