Apa Kelemahan Utama Developer Lokal?

Jogja - Pasar aplikasi mobile di Indonesia terus tumbuh seiring makin tingginya adopsi smartphone alias ponsel cerdas. Disinyalir kian banyak juga orang Indonesia yang membuat aplikasi mobile meski kadang gagal sukses.

Aplikasi buatan orang Indonesia sejatinya banyak yang potensial. Namun akhirnya tidak banyak yang melakukan download aplikasi tersebut. Mengapa?


"Sebagian developer Indonesia taruh aplikasi di toko aplikasi tapi tidak ada yang download, karena tidak ada biaya untuk publikasi," sebut Dito Respati, Head of Mobile Apps Developer Community Telkomsel dalam acara Ngopi (Ngobrol Peristiwa Internet) detikINET bareng Telkomsel, di kampus Universitas Gajah Mada, Rabu (4/12/2013).


"Masih banyak juga developer Indonesia yang langsung menyasar pasar global, belum melihat pasar Indonesia seperti apa, padahal pasar lokal ada peluang," tambah Dito.


Telkomsel yang saat ini memiliki 128 juta pelanggan pun coba mengembangkan aplikasi karya anak negeri. Untuk mewadahi mereka, Telkomsel membuat website khusus bernama TemanDev sebagai sarana mempromosikan aplikasi karya orang Indonesia.


Selain itu, anak usaha Telkom tersebut mengadakan kompetisi Digital Creative Competition. Developer yang berminat bisa mendaftarkan aplikasinya di kompetis tersebut.


Bagi para developer, Dito pun membagi tipsnya agar sukses dan menghasilkan uang. Misalnya melihat permasalahan di sekitar untuk mendapatkan ide ataupun berkolaborasi dengan pihak lain.


Bagi mereka yang tidak bisa coding atau programming tapi punya ide menarik, sebenarnya juga bukan masalah. "Cari saja orang yang bisa programming dan sampaikan ide Anda. Intinya adalah melakukan kolaborasi," sebut Dito.


(fyk/tyo)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!