Di Indonesia, Tinta Palsu Lebih Ganas dari Software Bajakan

Jakarta - Peredaran produk palsu di Indonesia disorot. Ternyata, yang menjadi primadona pemalsuan adalah produk tinta printer.‎

"Persentase produk palsu tinta printer mencapai 49,4 persen, pakaian palsu mencapai 38,9 persen, diikuti barang dari kulit 37,2 persen, dan software 33,5 persen," kata Sekjen Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Justiasiari P Kusumah, di Hotel Royal Kuningan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (25/2/2015).


Sisanya, produk kosmetika palsu sebanyak 12,6 persen, makanan dan minuman palsu 8,5 persen, dan produk farmasi palsu 3,8 persen. Data ini didapat MIAPI dari hasil studi dampak pemalsuan terhadap perekonomian Indonesia tahun 2014.


Survei ini juga menyoroti kenaikan kerugian negara yang cukup signifikan akibat aktivitas pemalsuan. Pada 2010, MIAP memperkirakan kerugian ekonomi Produk Domestik Bruto sebesar Rp 43,2 triliun. Dan terakhir di 2014, angka potensi kerugian negara bertambah menjadi Rp 65,1 triliun.


Kerugian ekonomi pada 2014, jika dirinci, produk palsu pakaian dan barang dari kulit ‎menyumbang kerugian paling tinggi, yakni Rp 41 triliun. Belum lagi kerugian pajak yang ditimbulkan sebesar Rp 191 miliar.


(dnu/ash)