Lantas apa tanggapan Bolt menyikapi hal tersebut? Ternyata perusahaan ini mengklaim tak merasa terancam dengan hal tersebut. Bahkan Liryawati, CMO Bolt mengatakan hal itu malah bisa membangun pasar 4G lebih cepat lagi.
Lebih lanjut, Lirya juga menekankan soal first mover advantage yang dimiliki Bolt. Sebagai perusahaan pertama yang menawarkan teknologi 4G, Lirya mengklaim edukasi soal 4G di Indonesia lebih lekat ke Bolt sebagai first mover.
Devid Gubeni, CTO Bolt, menambahkan, dibanding pesaing yang baru mengkomersilkan 4G LTE, Bolt juga diklaim punya konfigurasi lebih maju. Devid bicara soal spektrum Bolt yang berjalan di 15 MHz + 15 MHz. Dengan penggunaan spektrum itu, kecepatan Bolt jadi lebih tinggi ketimbang pesaingnya.
“Kita punya spektrum 15 MHz + 15 MHz, sedangkan yang lain 5 MHz. Jadi soal kecepatan kita lebih baik,” ujar Devid, di Exodus, Kuningan City, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Devid juga mengklaim teknologi di BTS Bolt lebih baik dibanding pesaingnya karena sudah menggunakan jalur fiber optik. Kecepatan data yang bisa disodorkan ke pelanggan pun kemungkinan jadi lebih cepat.
“97% BTS Bolt sudah menggunakan fiber optik, sehingga kecepatan yang dirasakan pengguna bisa tinggi. Jadi tak seperti menggunakan jalur microwave yang kecepatannya terbatas,” imbuh Devid.
(yud/fyk)