Merebut Kembali Timor Leste Lewat Telekomunikasi




Masyarakat Timor Leste (ash/detikINET)


Dili - Lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan lembaran sejarah yang harus dihadapi negara ini. Banyak yang menyayangkan, tapi tak sedikit pula yang kini sudah merelakannya.

Namun kini, Indonesia memiliki kesempatan untuk merebut kembali hati masyarakat Timor Leste lewat layanan jaringan telekomunikasi seluler yang ditawarkan Telkomcel, anak usaha Telkom International yang baru saja hadir di negeri Lorosae.


Menurut CEO Telkomcel Dedi Suherman, kehadiran anak usaha Telkom Group ini bak sebuah hadiah terindah bagi masyarakat Timor Leste. Sebab sebelumnya, Timor Leste dimonopoli oleh satu operator, yakni Timor Telecom.


Dimana layanan operator asal Portugal tersebut dirasa banyak masyarakat setempat jauh dari harapan untuk urusan kualitas dan harga.


"Untuk paket data Timor Telekom yang saya tahu, untuk paket 5 GB itu tarifnya USD 250 (atau sekitar Rp 2,4 jutaan). Untuk penggunaannya pun sulit, harus daftar dan tanda tangan agreement. Jadi tidak bisa asal pakai begitu saja," kata Dedi, saat ditemui detikINET di Dili, Timor Leste.


Bandingkan dengan penawaran dari Telkomcel. Untuk paket data 1 GB dibanderol USD 19, 2 GB seharga USD 30, 3 GB USD 45, dan termahal paket data 5 GB dihargai USD 70.


"Tentunya ini jauh lebih murah dari incumbent. Sementara kualitasnya kami berani up to 7,2 Mbps. Apalagi sekarang masih lancar karena trafik masih lega. Tapi ketika utilisasi tinggi kami commit untuk segera upgrade jaringan," Dedi menegaskan.


Timor Telecom sendiri sudah memonopoli pasar seluler Timor Leste sejak 10 tahun lalu. Sampai akhirnya pemerintah Timor Leste membuka pasar kepada dua operator baru, Viettel Telecom asal Vietnam dan Telkomcel dari Indonesia.


Selama berkuasa satu dekade, Timor Telecom, kata Dedi, baru memiliki 119 site BTS. Dimana komposisi BTS node B untuk layanan 3G sebanyak 50% dari total BTS yang mereka miliki.


Adapun Viettel mulai mempersiapkan jaringan sejak September 2012 dan baru memiliki 10 BTS di Timor Leste. Jauhnya jarak (Timor Leste-Vietnam) dianggap membuat pembangunan jaringan Viettel cukup lambat.


Lantas bagaimana dengan Telkomcel? Kekuatan jaringan Telkomcel saat ini disokong oleh 63 BTS, dimana 54 BTS di antaranya sudah beroperasi yang melayani 6 distrik di Timor Leste, yakni di Dili, Baukau, Elmera, Aieleu, Bobonaro, dan Likisa.


Dari 6 distrik itu, Telkomcel mengklaim mampu meliputi cakupan 70% populasi penduduk Timor Leste. Untuk pembangunan jaringan di tahap kedua tengah dipersiapkan dengan menambah 48 site. Jadi nantinya Telkomcel memiliki total 118 site, dimana 3 site akan dimanfaatkan untuk backbone dan diharapkan pada Juli nanti, sudah full service dengan coverage 95% populasi Timor Leste.


"Dari awal saya tidak mau mengedepankan price war, meskipun pada kenyataannya tarif kami memang sangat murah. Tapi di sini kami ingin mengedepankan kualitas," tegas Dedi.


Restu Xanana


Isu politis dan kisah kelabu di masa lalu antara Indonesia-Timor Leste tak bisa ditampik turut mempengaruhi kehadiran Telkomcel. Memang ada sejumlah tantangan, namun pada akhirnya Telkomcel mampu melaluinya satu per satu.


Langkah pertama adalah saat mendapatkan lisensi dari pemerintah Timor Leste. Hal ini dianggap sebagai lompatan pertama Telkomcel untuk mengekspansi Timor Leste.


Menurut Dedi, pemerintah setempat dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao sangat mendukung kehadiran pemain baru di industri seluler mereka, dimana sebelumnya cuma diisi oleh Timor Leste sebagai single player.


Telkomcel sendiri coba meyakinkan pemerintah Timor Leste bahwa kehadiran mereka dapat membantu pemerintahan Xanana Gusmao untuk membangun jaringan dan infrastruktur telekomunikasi di negeri itu.


Termasuk untuk memberikan layanan seluler yang murah dan berkualitas kepada masyarakat. "Kita tak mau aji mumpung. Sebenarnya bisa saja kan, dengan kualitas jaringan yang dimiliki, kami membanderol layanan dengan harga tinggi. Kualitas jaringan kami bagus, kok," jelas Dedi.


"Tapi kami nggak mau, karena di sini kami juga membawa identitas bangsa, negara Indonesia yang baik dengan tetangganya," lanjutnya.


Sikap Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao juga dianggap luar biasa oleh pihak Telkomcel. Sangat kenegaraan dan terbuka untuk sama-sama membangun Timor Leste. "Saya salut dengan sikapnya," tukas Dedi.


Tangan terbuka Xanana dan pemerintah Timor Leste ini kemudian membuat peta industri seluler Timor Leste berubah drastis. Dari yang dulunya dimonopoli Timor Telecom menjadi ada dua pemain baru, Telkomcel dan Viettel.


Bahkan setelah kasak-kusuk kehadiran dua operator baru ini, Timor Telecom dikabarkan langsung pasang kuda-kuda dengan menurunkan 50% tarif layanannya kepada pelanggan. Dengan kondisi ini, tentunya yang diuntungkan adalah pengguna.


Haus Informasi & Mimpi Broadband City


Secara kasat mata, masyarakat Timor Leste memang masih kalah techie dengan warga Indonesia, khususnya di Jakarta. Namun bukan berarti mereka tak ingin perubahan. Justru mereka tengah berada dalam kondisi haus informasi.


Dan internet pun dijadikan sasaran untuk memenuhi dahaga pengetahuan tersebut. Hal ini terlihat dari ramainya tempat-tempat fasilitas WiFi publik di beberapa titik. Semisal di mal Timor Plaza dan kawasan Largo De Lacidere.


Bahkan kerumunan pengguna gadget yang berburu WiFi gratisan di Timor Plaza harus diusir lantaran terlalu membludak di area depan pusat perbelanjaan satu-satunya di Dili dan Timor Leste tersebut.


Telkomcel berkomitmen tak cuma datang ke Timor Leste untuk urusan jualan. Mereka juga telah mengikat janji untuk membantu Dili menjadi broadband city.


"Nantinya, Timor Leste tak akan ada bedanya dengan Frankfurt, New York, Singapura, Jakarta, dan kota besar lainnya di dunia. Dili akan menjadi broadband city," umbar Dedi.


Ambar Kuspardianto, COO Telkomcel menambahkan, pembangunan Dili untuk menjadi broadband city akan dimulai dari pembuatan titik-titik WiFi di sejumlah wilayah publik untuk tempat warga berinternet ria.


"Seperti di Timor Plaza dan Largo de Lacidere serta 4-5 titik lainnya di pusat kota untuk tahap pertama," lanjutnya.


Langkah Telkomcel kini semakin terbuka dengan telah disepakatinya perjanjian interkoneksi dengan Viettel dan Timor Telecom pada akhir pekan kemarin.


Ya, deal urusan interkoneksi merupakan fase penting lainnya yang telah dilalui operator yang siap mengucurkan dana USD 50 juta untuk mengekspansi Timor Leste itu. Tak pelak, target untuk menjadi market leader di bisnis seluler Timor Leste pada 4-5 tahun ke depan tak lagi sekadar impian.


"Untuk interkoneksi dari yang awalnya berat sebelah (dengan Timor Telecom), kini 100% fair. Artinya ketika mereka menggunakan isu politis, kita ngomong masalah kebangsaan. Siapa yang mau memberi akses murah dan membangun infrastruktur? Anda mau pilih yang mana? Kami punya niat baik, untuk membuat negara ini lebih baik, tak sekadar berbisnis," pungkas Dedi.


( ash / rou )


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!