Telkom 'Merdekakan' 17.845 WiFi di Sekolah

Jakarta - Semangat kemerdekaan coba ditularkan Telkom mulai dari bangku sekolah dengan menyediakan akses broadband WiFi. Sejauh ini sudah lebih dari 17.845 sekolah di Indonesia yang akhirnya 'merdeka' dari ketiadaan akses internet.

Menurut Muhammad Awaluddin, Direktur Enterprise & Business Service Telkom, melalui program Indonesia Digital School (IndiSchool), pihaknya ingin bantu mencerdaskan pelajar dengan akses internet WiFi yang kencang, mudah dijangkau, dan murah biayanya.


"Dari tidak ada akses WiFi sama sekali menjadi ada, itu sesuatu banget. Apalagi di hari kemerdekaan kemarin kami meresmikan WiFi ke-17.845 di SMAN 1 di Rengasdengklok," kata Awaluddin kepada detikINET di Jakarta, Senin (19/8/2013).


Tanpa berlama-lama, pembangunan WiFi pun dikebut. Per hari ini, jumlahnya sudah mencapai 19 ribuan titik yang dipasang di sekolah-sekolah. Awaluddin pun mengaku tertantang untuk bisa mencapai target 100 ribu WiFi di akhir tahun nanti.


"Ini target yang saya tetapkan sendiri, untuk motivasi. Mudah-mudahan bisa tercapai. meskipun realisasinya baru 19%. Untuk pembangunannya tidak semudah yang dikira, tapi kami optimistis pasti bisa," harapnya, optimistis.


Untuk membangun program Indischool ini, Telkom telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Investasi yang dikeluarkan untuk satu sekolah saja memakan biaya sekitar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta, mengingat ada sekitar tiga hingga lima access point yang dibangun di tiap sekolah.


Telkom sendiri mengalokasikan dana sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun untuk biaya penyediaan WiFi di 100 ribu sekolah.


"Untuk kecepatannya kami menyediakan speed bandwidth 10 Mbps untuk tiap akses WiFi dengan tarif murah bagi kantong pelajar, hanya Rp 1.000 untuk pemakaian 24 jam," kata Prasabri Pesti, EGM Divisi Telkom Barat di lain kesempatan.


IndiSchool ini merupakan salah satu bagian dari program Indonesia Digital Network (IDN) yang merupakan visi pengembangan infrastruktur true broadband Telkom secara end to end (user terminal, akses, transport dan service) yang akan dicapai melalui pembangunan tiga infrastruktur utama, yakni ID Access, ID Ring, dan ID Convergence.


Dijelaskan Awaluddin, tahapan implementasi program Indischool ini menggunakan strategi 3C, yakni Connectivity, Content dan Community.


Khusus untuk Connectivity, setelah nanti target 100 ribu tercapai, Telkom akan menambah target penggelaran infrastruktur akses WiFi ke 300 ribu sekolah pada tahun 2015 nanti.


Sedangkan Content adalah penyiapan Indonesia Cloud of Knowledge, edu-cloud dengan fasilitas public cloud di dalamnya, dengan target 1.000 content pendidikan pada tahun 2015.


Adapun, Community, yakni pengelolaan Indischool Smart Community via Super Portal, dengan target satu juta user komunitas di tahun 2015.


"Ketiga tahapan tersebut menjadi acuan bagi Telkom dalam mensukseskan program Indischool bagi dunia pendidikan Indonesia hingga 2015," jelas Awaluddin.


Evaluasi Kinerja


Program IndiSchool yang dimulai pada Januari 2013 ini awalnya hadir di 2.381 sekolah dimana ada 9.468 pengguna dan pendapatan bagi Telkom sekitar Rp 16,324 juta.


Pembangunan akses ke sekolah mulai kencang pada April 2013 dimana berhasil mencapai 10.079 sekolah dengan 71.654 pengguna, tetapi untuk pendapatan masih minim di Rp 53.373 juta.


Hingga periode Mei ke Juli, Telkom sepertinya agak melambat dalam pembangunan akses WiFi ke sekolah dimana hanya ada tambahan 5.645 sekolah alias terdapat 15.724 sekolah dengan 77.241 pengguna. Namun dari sisi pendapatan mulai ada lompatan dimana pada Juli sudah menghasilkan Rp 669,297 juta.


Jika dilihat pendapatan yang secuil untuk operator sekelas Telkom sebagai konsekuensi menawarkan paket denominasi ramah kantong ke pelanggan yang dimulai dari Rp 1.000/hari, Rp 20 ribu/bulan, dan Rp 100 ribu/semester untuk menikmati akses internet di sekolah.


Sekadar catatan, direktorat Enterprise and Business Services memasukkan IndiSchool dalam program Indonesia Digital Society (Indiso) dimana dua kegiatan lainnya adalah IndiPreneur dan IndiFinance. Ketiga program ini targetnya menghasilkan omzet sekitar Rp 50 miliar pada akhir tahun nanti.


IndiPreneur berhasil menjaring lebih dari 40 ribu pengusaha UKM di 29 propinsi dengan total transaksi online sebesar Rp 1,2 miliar. Per Juli 2013, terhitung pendapatan yang didapat dari IndiPreneur mencapai Rp 2,9 miliar.


IndiFinance telah menggandeng hampir 37.000 outlet perbankan elektronik dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 15 % per bulan dan menghasilkan pendapatan Rp 4,9 miliar


Jika dilihat, hingga Juli lalu ketiga program Indiso secara omzet belum menembus realisasi angka psikologis yakni 50% dari target. Kalkulasi sederhana, baru sekitar 16% dari target Rp 50 miliar yang tercapai.


"Memang jika dilihat hingga semester pertama realisasi dari target masih rendah. Tetapi ini kan sedang tahap membangun. Kita optimistis untuk segmen ini akan tercapai targetnya," tandas Awaluddin.


(rou/ash)