Soal Isu Dijual, Apa Kata BlackBerry Indonesia?

Jakarta - Prinsipal BlackBerry di Kanada tengah mempertimbangkan opsi strategis dengan salah satu kemungkinan menjual perusahaan. Jika langkah itu yang terpaksa ditempuh, bagaimana dengan nasib penggunanya di Indonesia?

Seperti diketahui, BlackBerry yang telah berbisnis di Indonesia sejak akhir 2004 silam telah memiliki jumlah pelanggan lebih dari 15 juta bersama sejumlah mitra operator lokal seperti Indosat, Telkomsel, XL Axiata, Axis Telekom Indonesia, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren Telecom, dan Bakrie Telecom.


Managing Director BlackBerry Indonesia, Maspiono Handoyo, yang mengetahui rencana itu pun hanya bisa menyerahkan nasib BlackBerry di tangan para pemegang saham.


"Kami sebagai prajurit hanya bisa menunggu saja keputusan dari owner kita. Selebihnya kita tetap berbisnis as usual, membesarkan brand dan tetap melanjutkan strategi pemasaran kami," jelasnya saat diwawancarai terbatas usai peluncuran BlackBerry Q5 di Gandaria City, Jakarta, Jumat (23/8/2013).


Menurutnya, para BOD BlackBerry di Kanada telah membentuk special committee untuk melakukan review pilihan strategi apa yang bisa ditempuh perusahaan untuk tetap bertahan di industri.


"Ada empat strategi yang jadi pilihan, strategic option, strategic allignment, joint venture, atau kemungkinan terburuk ya dijual. Tapi yang ramai diberitakan cuma tentang dijualnya saja, padahal belum tentu itu keputusannya," kata Maspiono.


Ardo Fadholah, Senior Product Manager BlackBerry South East Asia, menambahkan, penjualan perusahaan hanya sebagai salah satu opsi saja.


"Opsinya kan banyak, kalaupun dijual ada opsi penjualan keseluruhan atau penjualan beberapa segmen saja. Atau mungkin belum tentu dijual. Bisa juga joint venture. Tapi yang pasti, kami masih business as usual. Strategi tetap sama, tidak ada antisipasi khusus. Kami akan ikut direction dari pusat saja," pungkasnya.


(rou/ash)