Kisah Sukses Penjual Kue Gelar Lapak Online

Jakarta - Bisnis online alias e-commerce sejatinya sudah cukup akrab di telinga pengguna internet Indonesia. Hanya saja, banyak pula yang sanksi terhadap kesiapan konsumen untuk memanfaatkannya.

Ujung-ujungnya, tak sedikit penggiat bisnis online yang gulung tikar. Padahal bisnis online di Indonesia masih menjanjikan, dan cukup banyak pula dari mereka yang survive, meraup untung, hingga mampu memperluas ekspansi bisnisnya.


Salah satu kisah sukses tersebut dirasakan First Love Patisserie yang didirikan di Jakarta tahun 2010 oleh tiga warga Indonesia -- Darren Kung, David Koay dan Jonathan Ng.


Ini merupakan toko penjual kue, atau bahasa kerennya adalah cake. Operasional First Love Patisserie dimulai dari sebuah rumah kecil, namun kesuksesannya berkembang cepat dan dengan segera mereka menjadi pemasok untuk banyak kafe terkenal di Jakarta.


Lambat laun bisnis ini berkembang dan menjadi lebih berkelanjutan. Tahun 2012, Darren Kung dan mitranya memutuskan untuk membuka outlet pertama mereka di Plaza Indonesia. Di tahun yang sama mereka bergabung dengan Rakuten Belanja Online dan meluncurkan toko online mereka yang pertama di Indonesia.


Kini mereka sudah membuka 6 outlet di Jakarta, yaitu di Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Kelapa Gading Mall 3, Gandaria City, Alam Sutera Mall dan Kota Kasablanka, satu kios di Ion Orchard Singapura, dan berencana untuk membuka 3 kios lagi di Jakarta, di BSD City, Lotte Avenue dan Pondok Indah Mall I, serta satu kios di Paris Van Java Bandung.


Menurut Darren, salah satu pendiri First Love Patisserie, e-commerce di Indonesia sedang berada di tahap awal dibandingkan negara-negara lain. Nah, kondisi inilah yang memberikan First Love Patisserie kesempatan untuk terjun ke e-commerce sejak awal dan memaksimalkan kesempatan yang ada.


Hingga akhirnya diputuskan, First Love Patisserie harus berbeda dari toko kue konvensional lainnya dengan cara membuka lapak online.


"Rakuten memilki tim yang sangat profesional. Mereka memberikan dukungan besar untuk merchant dan ini sangat membantu saat baru mulai dalam e-commerce," kata Darren.


"Konsultan e-commerce (ECC) mereka telah membantu memilih strategi pemasaran dan promosi yang tepat, dan dengan proaktif selalu mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam expo atau pameran. Kami juga menggunakan longpage di RBO, dengan informasi yang kaya dan gambar-gambar yang menarik. Ini menjanjikan bagi kesuksesan toko online kami. Itulah yang membuat kami secara teratur meningkatkan halaman kami," jelasnya.



Sejak menjadi merchant di Rakuten, First Love Patisserie mengalami pertumbuhan pelanggan baru sebesar 5 – 10%. Mereka mulai menjangkau pelanggan muda khususnya, dengan secara langsung berhubungan dengan mereka melalui channel media sosial seperti Facebook dan Twitter.


Darren mengakui bahwa volume transaksi online masih kecil dibandingkan dengan outlet mereka di berbagai mal di Indonesia dan Singapura, tapi dia percaya dengan potensi besar pasar e-commerce di Indonesia, kontribusi penjualan secara online akan meningkat di masa mendatang.


Ini juga bisa dimaklumi karena kebanyakan pelanggan pergi ke toko offline-nya sehingga mereka bisa mencicipi cake sebelum membeli. Bahkan, nama First Love dipilih karena saat orang mencicipi cake, mereka diharapakan bakal jatuh cinta kepada cake tersebut.


"Namun, kebanyakan pelanggan kami yang mengunjungi toko offline kami telah mulai memesan secara online," tambah Darren.


First Love Patisserie bertekad mengembangkan bisnis online mereka karena biaya operasionalnya yang rendah dibandingkan dengan biaya operasional outlet yang membutuhkan biaya sewa, perawatan dan biaya lain yang besar.


"Pelanggan online kami cenderung jadi pelanggan tetap, yang sudah pernah mencoba cake dan tahu persis apa yang mereka ingin pesan. Dan Rakuten Belanja Online memungkinkan kami untuk tetap berhubungan dekat dengan basis pelanggan dan membantu menyediakan layanan terbaik bagi mereka," Darren menandaskan.


(ash/fyk)